Postingan

Featured post

Meniti Jalan

Gambar
Hai blog. Tiba-tiba aku ingin menyapamu. Aku kehilangan kemajuan dalam menuliskan sesuatu. Hanya melamun, merokok, dan sambil mendengarkan Oasis di depan laptop. Sebenarnya aku tidak benar-benar blank, atau writerblock , atau mentok, atau apalah istilah untuk itu, aku hanya   tidak berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya. Beginilah masalahku selama ini, buka karena aku tak bisa, tapi karena tak berusaha dengan sekuat tenaga. Aku seperti ragu dengan diriku sendiri, dengan kemampuanku sendiri, dengan apa yang kupilih, dan bahkan mungkin aku ragu dengan kuasa Tuhan. Ah, bodoh sekali memang diriku dari dulu. kemarin aku baru memutuskan hal besar dalam hidupku, untuk hidupku. Aku pulang ke rumah dan berencana menetap di sini. Eh, bukan rencana, tapi sudah mantap untuk melakukannya, eh, bagaimana yaa... Lah, beginilah aku. Selalu takut dengan apa yang sudah kuputuskan sendiri. Aku memang penakut, dan akhirnya menjadi peragu, sampai pada ujungnya tak menjadi apa-apa. bahkan untuk ...

Tak Terjangkau

Memandangmu aku tak bisa tahan, sebab kesucianmu adalah cermin yang menyatakan keburukanku Memikirkanmu begitu senang untuk kulakukan, sebab kaulah sebenar-benarnya keindahan Hatiku ingin selalu memujimu, sampai pada yang mampu terkatakan Mendekatmu aku malu, sebab jauh diriku dari kemuliaan Mencintaimu itu jalan yang tak sanggup kutapaki, dan terasa jauh untuk disiapkan Aku harus selalu bertanya; benarkan aku mencintaimu? Padahal tingkahku jauh dari kata-kata itu   Meskipun kita tak layak untuk bisa bertukar kata, aku sudah sangat beruntung sebab pernah bisa memikirkanmu Semoga aku bisa menirumu, untuk sepotong sikap yang kau ajarkan dengan cinta, dan itu cukup untuk segalanya

di balik permukaan

Orang-orang bertingkah dengan caranya  Ada yang kagum dan ada yang kecewa  Kecocokan tak datang dari langit  Butiran nasi menyatukan banyak hati # Musim hujan tidak datang Tapi air tak pernah pergi  Ada saja makanan di setiap tempat  Kura-kura hidup bersama rumahnya  # Tempat ini adalah sawah  Hewan dan manusia bekerja untuk hidup  Angin berbisik lewat daun-daun  Matahari datang dan pergi, tapi tak terlupakan, Bahkan selalu diharapkan  # Yang tenang dan ramah juga menyimpan dengki Yang diam dan jauh punya banyak cinta  Yang hadir memberi makna 

Pagi dan Hujan

Gambar
Pagi ini, hujan yang begitu deras mengganggu waktu tidurku. Tepat jam tuju pagi ia datang, saat pikiranku mulai tenang untuk pergi ke alam ketidaksadaran. Hawa mulai begitu dingin, sedang musik yang kudengarkan menjadi tak begitu jelas. Akhirnya kulepaskan penutup telingaku, dan kudengarkan ratapan hujan di atap seng, sambil kurasakan udaranya. Sepi, dingin dan berisik. Hingga aku membuka laptop lagi dan menulis ini, bukan untuk mengeluh, tapi untuk mensyukuri hidup dalam keadaan saat ini. Badanku memang kedinginan, tapi aku merasakannya dengan makna yang berbeda. Rasa dingin yang menyentuh tubuhku adalah unsur yang mengimbangi dinginnya jiwaku yang kehilangan. Aku tak lagi bingung mencari, atau ke nama hendak pergi. Aku merasa hidup dan menjadi diriku yang seutuhnya. Kemarin adalah saat paling lemah dalam diriku. Aku merasa tak punya rumah, sedang jiwaku mati. Aku menjalani hidup tanpa pilihan dan tujuan. Hanya bernafas dengan sesekali beraktivitas. Padahal sebenarnya aku yang eng...
Dalam keheningan malam, aku masih terjaga. Lelah mendengar musik. Tak tahan untuk menonton film lagi. Hanya terdiam sambil merokok, tapi hati terus bicara. Bertanya, bergumam, dan menuntut untuk hidup. Seperti burung gagak terus berkoak menjelang mati. Mungkin ini perumpamaan yang buruk, tapi biar saja. Hatiku memang sedang kacau. Sangat kacau. Lebih kacau dari saat meletus balon hijau. Aku tak tahu apa yang sedang kulakukan. Apakah memang seperti ini jalan hidupku? Dan akan terus seperti ini. Atau aku memang tak pernah ada tujuan hidup. Bahkan aku tak punya keberanian untuk menjalani hidupku sendiri? Rasanya, semua yang kujalani hanyalah bertahan hidup. Kemarin aku bilang pada seseorang, juga pada diriku sendiri sebelumnya, kalau aku sudah ada di moment siap untuk mati kesepian. Namun kini aku sadar, bahwa aku bahkan tak siap untuk menjalani hidupku. Aku lebih memilih membunuh banyak hal dalam jiwaku, sambil terus melanjutkan nafas. Aku sadar ini konyol. Apa yang aku tulis dan apa yan...
Ya sudahlah Mungkin egoku tak merendah Sedang loyalitas tak ada harga  Lebih tak berguna marah sendiri Biarlah Biar tak ada waktu lagi Biarkan tersisa cemooh-cacimaki Biar waktu menuju kehampaan  Tak terhitung dan terkubur tanpa arti

Tak Ada

Konyol aku ini Kadang bicara tak dimengerti Melayang oleh angin-kata dan tawa Entah benar tak bermakna Mana akan kupunya tempat sendiri? Sembunyi dan berlari, mencari tuahMu Biar hilang tak dimengerti  Biar mati tak terwakili, tetap aku ruhmu