Postingan

Featured post

kakiku terkilir

kakiku terkilir, tapi aku masih bisa berjalan, malah menjadi begitu menyadari tiap langkah. aku tak mau terenyuh dan marah, apa lagi menyalahkan hidup. kurasa ini semua adalah pelajaran untuk menjadi. awalnya aku berpikir untuk segera mengobati, supaya cepat sembuh dan normal kembali. sesaat kemudian aku bisa menyadari, bahwa kesembuhan butuh waktu, dan bukan hanya itu, sebab memang semua hal di dunia ini butuh waktu. semua hal di dunia ini punya ritmenya sendiri. pohon butuh waktu untuk tumbuh dan berbuah, buah butuh waktu untuk masak, telur butuh waktu untuk menetas, pagi butuh waktu untuk menjadi sore, begitu juga sakit yang membutuhkan waktu untuk sembuh. waktu mengajarkan pada kesabaran dan proses, dan adalah sebuah perjalanan.

Aku bertanya pada Tuhan

Tuhan, kenapa hidupku begitu sebegini menyakitkan? Tuhan pun menjawab. Kenapa kau berpikir begitu? Masalahmu adalah di pikiranmu. Andai kau kuciptakan seperti beruang, atau bahkan kambing, tentunya kau tak akan bertanya begitu kepadaku. Bahkan seekor kecoak pun tak pernah menanyakan itu padaku, ia terus menjalani perannya meski banyak manusia membencinya.

kebodohanku

Hai blog Aku sering bertanya, tentang apakah hidupku ini layak untuk dilanjutkan? Dan aku tak sanggup menjawabnya. Pada momen-momen tertentu, pertanyaan itu semakin menguat. Aku merasa tak sanggup menanggungnya. Lalu aku mulai menilai banyak hal yang salah pada hidupku, yang kurasa bukan salahku. Aku mulai menyalahkan keluargaku, menyalahkan orang-orang di sekitarku. Aku menyalahkan dunia yang sudah salah salam menjalankan perannya untukku. Tapi kemudian kusadari kembali, memangnya aku ini siapa? Dasar bodoh Kurasa, dalam kebingungan itu, aku tak butuh jawaban. Aku butuh untuk bicara pada kehampaan. Persis seperti aku bicara padamu saat ini. Rasanya semua ini adalah kenyataan dari betapa kosong dan rapunya hati dan jiwaku. Mungkin memang selama ini aku tak bisa mengenali siapa diriku. Ini semua adalah hasil dali kemalasanku untuk mencari, dan tekun dengan langkah yang ada. Aku merasa begitu terlambat untuk membangun diriku. Aku menjadi manusia, gak dadi wong di umurku yang su...

sebelum tidur

Kudengar suara  Kudengar sunyi  Diam Merasa jauh  Berharap dekat  Masih terjerat 

Berharap yang tak mungkin

Berharap yang tak mungkin Dan aku sadar menjalani kebodohan ini   Sekarang jam dua belas, Aku jadi pemikir liar dan terlalu konyol Masih terus marah dan kebingungan Merasa telah tertipu, tak punya apa-apa, jauh tertinggal Pikiran melayang-layang, kehilangan makna pada bumi   Rasa tak berharga semakin kuat dan mengeras Kemarahan dalam diri, tak terkendali, jauh dari kehidupan Bagai daun kering yang nyaris jatuh, dari ranting yang rapuh   Terbayang aneka kemustahilan Terbebani oleh hal-hal yang tak mungkin terjadi Terluka dengan apa yang tak bisa dimengerti 27/10/2025

Hujan dalam Hujan

Hujan begitu deras Banyak atap yang terbuka Satu atap teratasi, yang lain deras menangis, minta ditampung dengan timba trocoh, seperti hujan di bawah hujan   rumah yang sudah lama dengan saudara yang tua asal banyak keluarga masih tetap sederhana   rumah tua yang begitu biasa bermasalah pada atap sekaligus alasnya goyah rangka juga jiwanya lapuk hati dan pikirannya dingin, tapi banyak suara terus mengada meski sengsara layak bahagia dalam sederhana   rumah bapakku yang tua masih terus membuat ‘nyala’
Hai blog Baru benar-benar terpikir olehku, bawah selama ini hidupku penuh dengan kebohongan. Aku banyak berbohong dengan semua hal. Dengan diriku sendiri terutama, dengan kedua orang tuaku, dengan teman-teman, dan juga apa yang kutemui di bumi ini. Sepanjang waktu aku banyak berbohong, mulai dari masa-masa aku kecil, hingga kini, yang sudah kulampaui waktu remaja. Begitu mudah aku bicara tentang sesuatu yang benar, atau setidaknya menurutku itu benar, juga ngomong soal jujur pada diri sendiri, tapi pada kenyataannya aku lebih banyak menipu. Hingga aku menjadi tertipu, oleh tipuan yang kubuat sendiri. Pada masa setelah ibuku meninggal kemarin, aku cukup banyak tahu kalau aku dibesarkan dengan kebohongan, dalam kerusakan yang dibuat keluargaku. Aku menjadi begitu marah dan bingung untuk melanjutkan hidup. Namun akhirnya aku bisa cukup mengerti kenapa aku bisa mudah untuk berbohong pada keluargaku, bahkan pada keputusan besar untuk hidupku sendiri. Sebab aku dibesarkan dengan rangka...