Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

SEKILAS "MAMNU"

Gambar
Setelah tamat dari MTS Salafiyah di Banyuwangi ibu menyuruh saya untuk sekolah ke-Blitar, Karna itu merupakan keputusan yang bulat maka saya dengan sedikit terpaksa   mengikuti apa yang diperintahkan beliau untuk memasuki jenjang SLTA di Blitar. Sampai di Blitar saya direkomendasikan oleh saudara-saudara saya untuk masuk di pondok pesantren di sana, tepatnya MA Maarif NU kota Blitar atau sering juga disebut dengan MAMNU(dulunya lebih dekat dengan MAKNU” madrasah aliya keagamaan NU”) Jalan Ciliwung nomor   52(sekarang 56). Sebagai orang baru di sana rasanya aku seperti orang asing yang belum tau apa-apa, nama daerah, istilah-istilah dan juga ada gaya bahasa yang sedikit berbeda, Namu selebihnya tidak jauh berbeda antara Blitar dan Banyuwangi. Semula tidak ada yang istimewa ketika memasuki wilayah pondok itu, hingga sampai beberapa lama. Aku pun juga masih belum menemukannya dan hampir semuanya seperti lingkungan teman-temanku di rumah pada umumnya, pergaulan, cara bicara, dan yang lain

fikirku

Kupikir jujur itu yang baik Ternyata ada juga istilah berbohong untuk kebaikan Kupikir cinta itu anugrah Terntata banyak orang bermaksiat beratasnamakan cinta Kupikir kata hati bisa dipercaya Ternyata hati itu suka berubah-sesuai dengan namanya(qolb) Kupikir diam itu emas Ternyata diam membuat semakin tak diakui dan dilecehkan Kupikir uang bukan segalanya Tenyata segalanya juga butuh uang dan uang juga yang membuat segalanya diperhitungkan Kupikir cinta itu buta Ternyata hanya orang gila yang mempraktekan cinta buta, Karna arah cintamu yang akan menjalankan kehidupanmu Kupikir agama itu damai Ternyata banyak percekcokan atas nama agama Kupikir tuhan maha segalanya Ternyata ada juga yang menuhankan segalanya itu dari pada tuhan sendiri Kupikir kebebasan adalah berkah Ternyata kebebasan membuat banyak hal menjadi tidak diberkahi Kupikir perbadaan akan membuat keharmonisan Ternyata banyak persetruan terjadi karna fanatisme individu Kupikir berju

hei

Jika kau menemukan jalan untuk pulang Maka pulanglah dengan membawa segenggam arti dalam kehidupan Namun jika kau tak temukan jalan itu Maka cukup berikan hidupmu ditempat kau berada Entah apa yang bisa kau lakukan Yang pasti kehidupan akan terus berjalan dalam sintoma Dan hanya akan ada satu kepastian untuk tidak hidup Yaitu mati Dan terserah apa pilihanmu untuk mati pastilah tubuhmu hanya akan dimakan oleh ini dunia dan yang tersisa hanyalah nama, buakn harta dan juga bukan agama karna yang kuasa adalah pemilik segalanya segalanya bukan milikmu dan kau bagian dari segalanya dari yang kuasa apalah artinya eksistensimu tanpa segalanya yang lain karna merekalah saksi atas dirimu pada yang kuasa (arblam,17/05/14)

paper

Nama : muh Arwani Nim :12510026             Ngaji mocopat di masjid jendral sudirman Pengantar Masjid adalah tempat yang amat penting baagi umat muslim. Di masjid orang muslim biasa melakukan ibadah yang disebut sholat. Sebagaimana namanya secara bahasa nama masjid diambil dari bahasa arab   masjidun   yang artinya tempat untuk sujud(salah satu rukun yang ada dalam ibadah sholat yang dimaksutkan untuk menyerahkan diri dan berdoa kepada Allah SWT). Namun dalam sejarahnya masjid tidak hanya sebagai tempat untuk melaksanakn ibadah sholat saja, melainkan juga sebagai tempat untuk melaksakan dakwah agama dan juga tempat dimana Rosulullah berkumpul dan berdiskusi bersama para sahabat beliau. pada zaman sekarang ini masjid berfungsi lebih banyak lagi selain sebagai tempat ibadah masjid juga berfungsi sebagai wahana penyambung ikatan sosial dan juga ukuah islamiyah bagi masyarakat. Saat ini adalah zaman dimana orang sering sibuk dengan urusan pekerjaan sehingga terkadang kurang b

Kelamku

Suatu saat nanti kuharap aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan Karna aku harus bertnaggung jawab dengan apa yang telah keluargaku berikan padaku Jika kesuksesan itu adalah sebuah pencapaian Maka aku berharap dapat mencapainya dengan segala kemampuan yang ada Hidup ini memang singkat Dan akupun juga tak bisa memprediksi sesingkat apa hidup ini Karna yang kutau semua yang telah kulakukan sulit untuk dapat kuharapkan Aku seperti perahu yang mengapung di tengah samudra tanpa dayung dan tanpa arah angin yang jelas yang kadang ingin rasanya menenggelamkan diri sedalam perasaanku yang kelam dan sedalmam-dalamnya aku akan mendapatkan ketenangan hati dan arti hidup yang sejati