SEKILAS "MAMNU"

Setelah tamat dari MTS Salafiyah di Banyuwangi ibu menyuruh saya untuk sekolah ke-Blitar, Karna itu merupakan keputusan yang bulat maka saya dengan sedikit terpaksa  mengikuti apa yang diperintahkan beliau untuk memasuki jenjang SLTA di Blitar. Sampai di Blitar saya direkomendasikan oleh saudara-saudara saya untuk masuk di pondok pesantren di sana, tepatnya MA Maarif NU kota Blitar atau sering juga disebut dengan MAMNU(dulunya lebih dekat dengan MAKNU”madrasah aliya keagamaan NU”) Jalan Ciliwung nomor  52(sekarang 56). Sebagai orang baru di sana rasanya aku seperti orang asing yang belum tau apa-apa, nama daerah, istilah-istilah dan juga ada gaya bahasa yang sedikit berbeda, Namu selebihnya tidak jauh berbeda antara Blitar dan Banyuwangi.

Semula tidak ada yang istimewa ketika memasuki wilayah pondok itu, hingga sampai beberapa lama. Aku pun juga masih belum menemukannya dan hampir semuanya seperti lingkungan teman-temanku di rumah pada umumnya, pergaulan, cara bicara, dan yang lainnya semuanya biasa saja. pertama kali aku menemukan suatu yang istimewa ialah kita aku mulai mengenal dengan Ustad Saiful Huda, beliau adalah pengasuh pondok putra  dan orang yang pertama kali aku kagumi dengan wibawanya.

Setengah tahun di sana aku mulai terbiasa dengan lingkungan yang awalnya aku rasa tidak begitu menyenangkan, aku menjalani hari-hari dengan biasa, termasuk biasa mengeluh dan berkeluh kesah, terkadang juga aku punya sedikit banyak masalah namun hal itu kulihat sekarang sebagai bagian dari perjalanan sejarah hidup.

Pondok pesantren memang lembaga pendidikan yang didirikan berdasarkan semangat agama, semangat persatuan dan ukuah islamiyah antar sesama, aku sangat mengaguminya karena di sana kita bisa belajar banyak mengenai kehidupan dan juga ilmu agama. Dalam sejarahnya, entitas pondok pesantren adalah seorang yang dianggap alim yang banyak didatangi oleh orang di sekitarnya untuk berguru padanya.

”saya percaya dengan MAMNU, saya percaya dengan segala entitas dan bentuk institusinya”. Semua alumni dan termasuk saya bebas dan tidak dilarang untuk mengkritisinya, namun itu juga merupakan bagian dari manfaat kita belajar di sana. Terserah orang mau menganggap MAMNU itu sekarang sudah jaya atau biasa-biasa saja, namun tentunya MAMNU tetap menjadi lembaga pendidikan yang konsisten dengan visinya, yakni “mencetak generasi muslim yang kaffah, alim dan handal”.

Tahun 2012 adalah saat di mana saya berpisah dengan material yang ada di sana, mulai dari kanti mbah polo, kamar mandi yang mirip TPS, dan juga Radio, sang media utama untuk masalah hiburan. Banyak kenangan yang masih bisa diingat namun juga lebih banyak yang terlupakan darinya. Saya mungkin sudah sering lupa untuk mendoakan semua yang ada di sana, namun berkah keilmuannya kadang juga masih saya harapkan. MAMNU seiring berjalannya waktu akan terus maju dan mencetak lebih banyak generasi, harapannya adalah banyak generasi berguna untuk agama dan juga Negri.

(arblam,6/13/14}
Penulis ialah alumni MAMNU TAHUN 2012

Komentar

  1. Oh..gmana akhi ? Gak nyesel kan setelah di MAMNU ? Ane skarang kelas 10

    BalasHapus
  2. MAMNU is the best lah... walaupun gak belajar ditu tapi punya kenalan alumni MAMNU, kesehariannya baik bgd.

    BalasHapus
  3. MAMNU is the best lah... walaupun gak belajar ditu tapi punya kenalan alumni MAMNU, kesehariannya baik bgd.

    BalasHapus
  4. Now I felt what you felt, mate

    BalasHapus

Posting Komentar

terimakasih atas perhatiannya

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola