Akar

"Pertumbuhan yang buruk disebabkan oleh akarnya."


Begitu kalimat dalam anganku ketika menengok pohon-pohon pisang sore tadi. Sambil membersihkan area sekitarnya, pikiranku terus bertanya, kenapa pertumbuhan tanaman ini tidak maksimal? Ada yang sudah tumbuh besar, ada juga yang masih sama ketika pertama kali ditanam, namun tidak mati.



Setelah kubersihkan area sekitarnya. Kulihat daerah akarnya terlalu banyak air, yang itu membuat akar basah dan mengalami pembusukan. Samping juga sudah tumbuh banyak rumput di sekitar pohon, sehingga menutupi akar. Akibatnya, daerah akar banyak dihuni oleh semut dan hama pengganggu pertumbuhan. Kedua hal itu membuat akar menjadi tidak sehat, dan tanaman tidak lekas tumbuh. Padahal pohon ini sudah kutanam hampir dua tahun yang lalu, tapi tampaknya masih seperti baru ditanam kemarin. Sesuatu yang hidup tanpa pertumbuhan, terasa seperti mati.



Mungkin ini memang salahku, kurang banyak memberikan sesuatu yang diperlukan pada awal penanaman. Mungkin juga karena jarang menjenguk dan memberikan perhatian. "Sesuatu yang hidup harus banyak diberi perhatian agar berkembang maksimal", begitu kata teman saat setelah hari pertama kemarin aku ke sawah, dan menceriterakan apa yang terjadi pada tanaman pisang ini.



Melihat akar yang bermasalah, menguatkanku mengenai begitu pentingnya akar dalam kehidupan. Saat kita tumbuh dalam lahan yang baik dan kebutuhan akar yang menguatkan, kita akan tumbuh besar, kuat dan kokoh. Namun sebaiknya, jika terlalu banyak masalah dalam akar kehidupan kita sejak kecil, maka pertumbuhan kita akan banyak terganggu, walau masih tetap hidup.


Dalam buku yang kubaca kemarin, Fritjof Capra pun mengakui, bahwa pendidikan paling berperan dalam hidup manusia adalah masa parenting. Masa dimana peran induk dipertaruhkan. Kegagalan di masa itu punya konsekuensi pada kegagalan pertumbuhan, baik dalam segi kepribadian, mental, dan juga fisik.


Kupikir menjadi guru yang bergengsi itu adalah guru SMA, atau bahkan dosen. Guru SMP itu pilihan minimal. Tidak banyak orang yang kukenal punya cita-cita jadi guru Taman Kanak-kanak. Mungkin dalam kesadaran umum, menjadi guru TK terlalu repot, atau bahkan kurang penting. Padahal dari sanalah wilayah pendidikan paling penting untuk kehidupan sang anak. Seorang guru TK berperan radikal dalam pertumbuhan kepribadian hidup anak didiknya.



Aku tidak bisa memberikan analisis yang rinci mengenai ini, tapi aku merasakannya. Pengalaman mengenai masa pertumbuhan yang buruk. Perasaan mengenai masa kecil yang buruk itu membuatku berharap. Semoga aku tidak mengulang kisah itu untuk orang-orang di hari depanku.


Membersihkan rumput disekitar pohon kuanggap sebagai bagian dari olahraga. Walaupun aku banyak melakukannya dengan melamun, tapi aku cukup senang mengerjakannya. Membuka bagian tanah dekat akar, membuatnya disinari matahari dan mengusir hama pengganggu. Aku juga merasa tak serius merawat apa yang seharusnya kutanggung. Entah itu penyesalan atau hanya penilaian.



Pada satu pohon, kulihat ada yang berbuah. Walau hanya satu pohon, tapi itu cukup menyenangkan. Melihat apa yang kita tanam tumbuh dan berbuah, berbeda dengan soal jual-beli. Ada perasaan senang dan merasa diri bermakna. Mungkin aku memang masih perlu bertahan hal-hal kecil begini. Sesekali membaca apa yang aku suka, dan bercerita untuk diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"