BRIDA ; Tentang Pasangan Jiwa Dan Dunia Tak Kasat Mata

Untuk kedua kalinya aku membaca novel ini. Pertama di saat masa korona yang membosankan. Waktu itu aku banyak men-download buku PDF di internet. Termasuk beberapa bukunya Paulo Coelho. Sebab aku terkesan saat pertama kali membacanya. Juga novel GodFather karya Mario Puzo. Walau sudah menonton filmnya lebih dari sekali, tapi aku masih penasaran dengan bukunya. Aku yakin ada banyak yang bisa diungkapkan dari bukunya, yang tidak tertangkap dalam film itu.

Secara umum, buku ini mengisahkan perempuan yang mempelajari sihir. Dalam perjalanannya itu, selain belajar banyak hal tentang rahasia semesta, dia juga bertemu dengan pasangan jiwanya, orang ditakdirkan untuknya dalam inkarnasinya saat ini. Namun cinta dan pertemuannya tak membuatnya bersama, dan itu menjadi bagian penting dalam melihat takdir.

Ada dua cara dalam mempelajari sihir, yakni dengan mengikuti Tradisi Matahari dan atau Tradisi bulan. Kedua tradisi itu mengajarkan ritual dan pemahaman nilai-nilai Jiwa Dunia, yang menjembatani manusia untuk menuju dunia yang tak kasat mata. Setiap manusia memiliki sisi kesendirian dalam hidupnya, hal itu dinamakan dengan Malam Kelam. Hanya sebagian orang yang sanggup mencari dirinya melalui Malam Kelam, dan dari sana dia menemukan bakatnya, sebuah alasan untuk menjalani hidup yang bermakna.

Bagi mereka yang sudah mempelajari Tradisi Bulan atau pun Tradisi Matahari, yang sudah mendapatkan jalannya sebagai penyihir, kehidupan adalah ladang yang harus dia rawat dengan penuh cinta, supaya jalan semesta ber-panen dengan baik. Bukan hanya tentang menerima fisik dan pergerakan kehidupan material, tapi juga tentang ruh-zaman yang harus dirawat dan dimaknai, dalam rangka menghiasi jiwa dunia. Menjadi penyihir berari menerima diri untuk menjadi manusia biasa, dan sekaligus memanfaatkan kekuatan luar biasa dalam dirinya. Begitulah kesimpulanku mengenai jalan ceritanya dan pemaknaannya.

Sedangkan mengenai pertemuan Brida dengan pasangan jiwanya, yakni sang Magus yang juga adalah gurunya pada Tradisi Matahari, yang juga memiliki hubungan hati dengan gurunya dari Tradisi Bulan bernama Wicca, dalam kisahnya mereka tidak memilih untuk hidup bersama dalam cinta. Memang ada orang-orang yang saling mencinta, tapi memutuskan untuk tidak bersama, meski tahu bahwa yang dicintainya adalah pasangan jiwanya. Mereka memutuskan untuk menjalani takdirnya dalam keterpisahan, terkutuk oleh kesepian, serta menjalani kehidupan untuk kekuatan yang ia miliki. Begitulah buku ini berpesan padaku tentang cinta dan pasangan jiwa.

Oh, yaa

Dalam prolognya, Paulo Coelho menceritakan dimulainya penulisan buku ini dari pertemuannya dengan sosok Brida, sewaktu dia berziarah di Alexandro de Compostela, cerita perjalanannya yang tertulis dalam novel Prilgrime. Wanita itulah yang bercerita padanya mengenai penyihir dalam Tradisi Bulan dan Matahari. Tidak berbeda dengan karya master piece Paulo Coelho yang berjudul The Alchemist, Novel ini banyak bernarasi mengenai kekuatan dan membangun jiwa. Namun sisi lain yang layak untuk ditilik adalah mengenai ajaran mistik.

Aku tahu beberapa ajaran mistik dalam Islam, seperti Tasawuf, Tarekat dan juga beberapa ritual mistik aliran tertentu dalam Islam tradisional. Dengan membaca buku ini, aku menjadi tahu bahwa fenomena itu juga ada dalam tradisi Agama Kristen. Di satu sisi novel ini menjelaskan hal itu, dan dalam hal bernarasi buku ini cukup kuat untuk memberikan pengaruh spiritual, dalam arti tentang pandangan akan hal yang tak kasat mata, bahkan untukku yang tidak mengenal tradisi Kristen dengan baik di belahan dunia lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"