Laporan Pertanggungjawaban Pribadi Dalam Pelatihan Di BLK Komunitas


Bisa dibilang ini adalah pengalaman pertama saya menjadi guru. Mungkin ada pengalaman lain mengajar seseorang tentang satu mata pelajaran, atau menjelaskan beberapa orang tentang sebuah mata kuliah dalam filsafat. Namun hal itu lebih mirip sebuah pamer dan bergaya atas nama ego pribadi. Di Balai Latihan Kerja ini saya ditugaskan untuk mengajarkan sesuatu yang pada awalnya belum begitu saya kuasai. Hal itu membuat saya sendiri harus belajar dulu sebelum masuk ruangan untuk mengajarkan itu. Namun itu baru soal teknis dalam pelajaran. Saya meyakini tugas seorang guru tidak hanya soal bagaimana dia menjelaskan materi yang dia ajarkan, tapi juga bagaimana dia bisa masuk ke dalam kesadaran peserta didiknya. Artinya dia harus diterima terlebih dahulu secara personal untuk beada di depan kelas. karena jika hal itu tidak terjadi, maka yang akan terjadi adalah semacam intimidasi dan pengekangan.Laporan Pertanggungjawaban Pribadi Dalam Pelatihan Di BLK Komunitas


Di sisi lain juga ada sisi sensitif dimana semua pesertanya adalah wanita. Sedang saya adalah lelaki yang belum menikah. Yang mana hal itu menjadi kesan tersendiri dari saya pribadi, para peserta dan juga para peserta yang, melihat dari luar. Namun sekalipun mengganjal, ha itu lebih pada persoalan sekunder. Persoalan primernya adalah pada soal yang saya utarakan sebelumnya tadi.

Karena pada dasarnya saya tidak terlalu menguasai tentag apa yang saya ajarkan. Maka saya sendiri tidak bisa mengukur bagaimana kualitas yang akan mereka dapatkan dari apa yang saya sampaikan kepada mereka.  Meskipun saya sendiri juga sudah berusaha untuk mengisi diri dengan apa yang akan saya sampaikan. Karena tugas itu membuat saya harus belajar mengenai materi yang harus saya sampaikan. Mungkin isinya terasa campur aduk. Mungkin juga ada banyak kesalahan materi yang sudah saya sampaiakn. Tapi saya selalu berharap bahwa para peserta akan bisa menyaring sendiri mana yang mereka anggap tepat dan benar, juga mana yang mereka anggap tidak benar.

Berada di pondok ini membuat diri saya berkaca pada diri saya sendiri, kalau sebenarnya saya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Saya sudah cukup kenal dengan diri saya, latar belakang dan juga perjalanan hidup yang sudah saya alami. Sedangkan jika melihat mereka, saya selalu merasa bahwa mereka adalah pribadi yang beruntung. Karena sempat merasakan kehidupan bersama bersama kitab suci. Meski pada keadaanya sikap saya masih saja tidak berubah, namun dalam hati saya merasa minder dalam berhadapan dengan mereka. Sesulit apapun mereka menerima amengenai apa yang saya sampaikan, namun saya selalu mereka lebih baik dari saya. Mereka(semua santri di pondok ini) memiliki peluang besar untuk menjadi orang hebat. Sedangkan saya merasa tidak bisa menjadi seperti mereka. Menjadi orang yang dekat dengan alquran. Menjadi orang yang setiap hari hidupnya penuh dengan keberkahan kitab suci.

Pada kenyataanya saya sebenarnya tidak memberikan apa-apa. Karena apa yang saya lakukan amat sedikit dari apa yang telah diberikan tempat ini kepada saya. Saya malah bisa melihat bahwa mereka adalah pribadi yang aktif dalam masa belajar.  Mereka punya inisiatif untuk bertanya dan juga mencari tahu lewat internet mengenai apa yang mestinya dikerjakan. Itulah keuntungan dari mencari ilmu di zaman ini. Dimana sesuatu yang tampak mudah di cari dengan jaringan internet. Sedangkan sesutau yang sebenarnya ada dan dibutuhkan oleh banyak orang, namun tidak masuk dalam hingar binger dunia. Dia harus ditempat dengan kesungguhan dan juga butuh niat yang konsisten. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"