Malam Ini Iidak Tarawih
Hujan deras, kilat, dan petir bersahutan di luar. Aku bahkan mengaktifkan mode pesawat pada ponsel. Sendiri di kamar sambil membawa pikiran melanglang buana. Aku teringat saat puasa di Jogja. Saat masih mengerjakan skripsi, atau sebelumnya. Saat itu aku jarang sekali puasa. Saat takwa begitu lemah. Terpikir lagi pertanyaan, apakah jika aku sendiri di kota entah mana, aku akan menjalankan puasa setertib ini? Jawabannya tidak. Lebih banyak keadaan yang mendorong kita pada suatu keputusan, bukan kesadaran, begitu pula denganku. Keadaan ekonomi mungkin yang pertama, psikologi, dan eksistensi menjadi pemicu seterusnya. Sepertinya, akan lebih baik untuk memperbaiki keadaan lebih dulu, kemudian disusul dengan kesadaran. Takwa itu bukan takut, tapi abdi. Begitu kata HAMKA. Mulai aku bertanya seberapa lemah rasa pengabadian ku, bahkan pada diriku sendiri. Dalam banyak hal mungkin aku tak menghargai diri. Terlalu santai. Lebih sering mepet dalam mengerjakan hal-hal penting. Ini penyakit ya