Panas Dingin

Antara panas dan dingin. Beginilah perasaan yang terjadi sekarang, juga cuaca. Tak bisa diprediksi bahwa saat ini sudah masuk musim panas, sebab hujan bisa turun tanpa diduga. Mungkin bukan karena ada sesuatu yang salah dengan alam, tapi cara kita melihat alam yang mesti diperbaiki.

Sore tadi, setelah habis minum obat dan kemudian menelefon ibu, aku kembali melamun dan melihat diri. Bayangan mengenai hati yang kotor -yang sering kudengar dalam Youtube ngaji filsafat pak Faiz- kembali menghantuiku. Tanda-tanda itu tidak hanya terasa, tapi juga jelas terlihat. Tidak hanya soal malas untuk melakukan ibadah, hati yang enggan dengan kebaikan, tapi juga terlalu larut -dan bahkan tenggelam- dalam aneka hal yang tidak penting. Melihat ponsel salah satunya, dan terasa selalu begitu.

Tanpa terasa, sebentar lagi akan memasuki bulan puasa. Benar-benar tanpa terasa. Sebab aku sendiri pun tak pernah merindukannya. Memikirkan akan datangnya bulan puasa, juga memikirkan tanda-tanda hati yang masih kotor, menjadikan semuanya tak terasa baik. Saat ini, bulan puasa tidak hanya soal renungan pribadi, namun juga renungan sosial. Sebuah ketakutan mendapatkan tuntutan ini-itu dari masyarakat sekitar. Hati yang masih kotor akan sangat sulit untuk meladeni itu semua. Tidak mungkin jika harus terus bertahan dan sembunyi. Ini konyol. Ini sungguh konyol.

Tidak mungkin untuk memperbaiki diri dalam waktu cepat. Orang bijak pun dapat mengerti hal ini. Namun juga tetap harus ada keinginan untuk berubah. Untuk lebih sedikit bicara dan banyak melakukan. Tentunya harus ada satu hal baik yang dijadikan pegangan, dan berusaha untuk terus dilakukan. Tak harus diproklamirkan, akan lebih baik jika disadari dalam-dalam oleh duru sendiri.

Tak masalah dengan dunia yang banyak bertanya. Ada dan tak adanya diri ini tak ada pengaruhnya bagi kehidupan. Yang terpenting adalah menyelesaikan persoalan diri. Termasuk juga menerima diri yang tengah berada di antara panas dan dingin.

Mestinya aku juga harus banyak bersyukur, sudah dipertemukan dengan orang yang baik dan bersih hatinya. Yang memiliki penilaian yang bersih dan jauh dari urusan saling mendengki. Jauh dari sikap mementingkan diri sendiri. Bersama mereka aku merasa lebih baik, dan sekaligus tidak cukup baik. Tapi ini baik, sebab hanya merasa diri baik adalah racun yang mengotori jiwa.

Aku jadi ingat sebuah pesan di masa lalu, apa pun yang terjadi dalam hidupmu, haruskan kau sering ber-Istighfar

Astaghfirullahaladhim

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"