Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Apakah aku bermanfaat bagi teman? Atau hanya memanfaatkan teman?

Ungkapan judul diatas mungkin terlihat cukup naif dan terkesan moralis. Bukankah sepertinya wajar dalam pertemanan saling mengambil manfaat dan saling memberi manfaat. Namun akhir-akhir ini lebih banyak terasa aku ingin mencari manfaat dari sebuah pertemanan, entah kepada siapapun itu. Mungkin dalam hal mencari pinjaman uang(utang), atau menumpang tinggal dan juga banyak lagi mencari bantulan lainnya. Hal itu membuatku sampai pada titik ini, sebuah pertanyaan kepada diri sendiri tentang “seberapa bermanfaatkah diriku pada temanku?” Dalam hati ada rasa takut hanya menjadi orang yang oportunis. Hanya mencari kemudahan dalam keadaan, memanfaatkan teman, persahabatan dan segala relasi yang dimiliki hanya untuk kepentingan diri sendiri. Aku mungkin pernah membantu teman, namu jika detelisik lebih jauh lagi kedalam hatiku, jangan-jangan itu hanya kegiatan memuaskan egoku sendiri, “bahwa aku pernah berkontribusi dalam hidup temanku”. Padahal yang diperbantukan itupun juga tidak seberap

Bagaimana?

Gambar
keruetanku Aku ingin diam dan terus bekerja Tapi itu tak bisa Aku mau bicara baik dan benar Nyatanya itu tak mudah

Catatan Resah

Manusia selalu ingin mencapai lebih dari dirinya yang sekarang. Pencapaiaan hari bukan berarti selesai, melainkan tahap dari pencapaian selanjutnya. Di zaman arus global ini, menutup diri dari perubahan dan kemungkinan kemajuan sama halnya denan bunuh diri. Hari ini orang butuh meyakinkan dirinya untuk dapat menentukan pencapaiannya dalam hidup. Karena jika tidak, dia hanya akan menjadi daun yang terombang-ambing oleh angin. Dari pemikiran itulah aku bertanya pada diriku sendiri, tentang apa yang telah kucapai hari ini? Kenapa sampai hari ini aku merasa hidupku tak ada kemajuan? karena aku juga belum menentukan pencapaianku. Aku masih diam saja di tempat, menyambut angin yang lewat, mengikuti musim yang berganti. Disana aku kadang merasa beruntung, kadang juga merasa gagal. Kadang kadang aku fikir aku sudah terlambat, kadang juga hampa. Semua perasaan itu sering terebersit dalam benakku dan menjadi persoalan yang tak terpecahkan. Dengan begitu aku merasa hidupku cukup suram.

HIDUP SONETA DAN DEWA19

Saya pernah bercerita, bahwa saat saya kecil banyak mendengarkan lagu-lagu dari SONETA dan juga DEWA 19. Karna familiar dengan lagu itu sampai sekarang saya masih suka mendengarkannya. Sebagian dari lagu-lagu mereka cukup bisa saya maknai, dalam arti lagu itu bisa menyentuh jiwa saya dan sebagian lain terasa biasa saja. Namun dalam usia yang sudah dewasa ini saya melihat banyak orang yang awalnya suka dengan mereka(Soneta dan Dewa 19) namun menjadi tidak suka lagi karna berita yang dia dapat diterima soal pentolan grupnya, yakni Bang Haji Rhoma Irama dan Ahmad Dhani. Entah itu berita soal hubungan rumah tangganya atau soal keterlibatan politiknya. Mungkin bagi dia alasan seperti itu masuk akal, dan tidak masalah juga kalau dia memang punya alasan untuk tidak suka. Namun jika logika yang dia pakai seperti itu, maka seharusnya ada banyak sekali tokoh yang dia tidak suka. Termasuk penyair besar Chairil Anwar, Ir. Soekarno bahkan mungkin bisa Kanjeng Nabi. Tapi saya pikir dia juga