HIDUP SONETA DAN DEWA19



Saya pernah bercerita, bahwa saat saya kecil banyak mendengarkan lagu-lagu dari SONETA dan juga DEWA 19. Karna familiar dengan lagu itu sampai sekarang saya masih suka mendengarkannya. Sebagian dari lagu-lagu mereka cukup bisa saya maknai, dalam arti lagu itu bisa menyentuh jiwa saya dan sebagian lain terasa biasa saja. Namun dalam usia yang sudah dewasa ini saya melihat banyak orang yang awalnya suka dengan mereka(Soneta dan Dewa 19) namun menjadi tidak suka lagi karna berita yang dia dapat diterima soal pentolan grupnya, yakni Bang Haji Rhoma Irama dan Ahmad Dhani. Entah itu berita soal hubungan rumah tangganya atau soal keterlibatan politiknya.

Mungkin bagi dia alasan seperti itu masuk akal, dan tidak masalah juga kalau dia memang punya alasan untuk tidak suka. Namun jika logika yang dia pakai seperti itu, maka seharusnya ada banyak sekali tokoh yang dia tidak suka. Termasuk penyair besar Chairil Anwar, Ir. Soekarno bahkan mungkin bisa Kanjeng Nabi. Tapi saya pikir dia juga gak akan sampai seperti itu dan hanya memilih yang dia punya alasan untuk tidak suka, satu atau dua person dan selainnya tidak.

Sempat saya juga ikut berfikir seperti itu. Ketika seniman yang kita sukai atau idola saya mempunya problem moral dalam rumah tangganya. Maka dia tidak lagi pantas menjadi idola. Tapi setela saya fikir-fikir kembali ternyata tidak harus begitu. Karene toh saya juga tidak pernah mengenal idola itu secara personal, yang saya tahu dari orang itu adalah karyanya dan saya juga tidak pernah bersinggungan langsung dengan orangnya. Jadi kenapa saya harus peduli dengan orangnya? Menurut saya itu bukan kepentingan saya.

Menurut saya, kalau memang suka dengan karya orang, baik itu musik, buku atau karya abstrak lainnya, kemudian kita mengenal kreatornya maka itu sudah cukup. Urusan pribadi sang kreator itu biar jadi hidupnya sendiri, sebagaimana kita bertanggungjawab dengan hidup kita sendiri. Jika sebuah karya memang bagus maka dia memang pantas dipuji dan jia jelek atau malah merusak maka dia layak dimintai pertanggungjawaban.

Karena tidak masuk akal juga kalau kita gak suka lagi makan disebuah warung, saat kita tahu pemiliknya ternyata suka selingkuh, padahal masakannya tetap enak. Dari situlah saya berusaha memisahkan antara orang dengan karyanya. Menyukai DEWA 19 dan Soneta bukan berati juga mengikuti halauan politik mereka dan juga membenarkan urusan rumah tangganya. Sebagaimana seseorang yang membaca membaca karya Karl Mark bukan berarti simpatisan PKI dan yang sepakat dengan konsep khilafah berarti anti demokrasi.

Ya sudahlah
Semoga kita ditunjukkan jalan yang lurus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"