Apakah aku bermanfaat bagi teman? Atau hanya memanfaatkan teman?
Ungkapan judul diatas mungkin terlihat cukup naif dan
terkesan moralis. Bukankah sepertinya wajar dalam pertemanan saling mengambil
manfaat dan saling memberi manfaat. Namun akhir-akhir ini lebih banyak terasa
aku ingin mencari manfaat dari sebuah pertemanan, entah kepada siapapun itu. Mungkin
dalam hal mencari pinjaman uang(utang), atau menumpang tinggal dan juga banyak
lagi mencari bantulan lainnya. Hal itu membuatku sampai pada titik ini, sebuah
pertanyaan kepada diri sendiri tentang “seberapa bermanfaatkah diriku pada
temanku?”
Dalam hati ada rasa takut hanya menjadi orang yang
oportunis. Hanya mencari kemudahan dalam keadaan, memanfaatkan teman,
persahabatan dan segala relasi yang dimiliki hanya untuk kepentingan diri
sendiri. Aku mungkin pernah membantu teman, namu jika detelisik lebih jauh lagi
kedalam hatiku, jangan-jangan itu hanya kegiatan memuaskan egoku sendiri, “bahwa
aku pernah berkontribusi dalam hidup temanku”. Padahal yang diperbantukan itupun
juga tidak seberapa jika dibandingkan bantuan teman lain kepadaku. Aku takut
kesalahan dalam dasar hati itu hanya akan menghasilkan harapan kosong pada
manfaat selanjutnya dan kekecewaan di kemudian hari. Dengan begitu, berarti
pola komunikasi dan keterjalinan persahatan selama ini tidak didasari dengan
sikap ikhlas terlebih dahulu. Rasanya hal itu akan cukup berdampak buruk bagi
kesehatan jiwa.
Lalu bagaimana?
Entahlah, aku juga tidak tahu harus bagaimana. Mungkin langkah
sederhananya adalah, kita berusaha untuk selesai terlebih dahulu dengan diri
kita sendiri. Berusaha untuk sebisa mungkin tidak merepotkan orang lain,
sembari berfikir bagaimana memberi manfaat dan dapat bermanfaat bagi teman.
Mungkin cukup itu kesimpulannya. Soalnya aku takut kalau
terlalu banyak bicara nantinya malah melenceng kemana-mana dan jadi tidak
jelas.
Sudahlah yaa
Semoga kita bisa saling membantu dan memberi manfaat
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya