Kebebasan (sambat)Berekspresi
Narasi memang bisa seenaknya sendiri. Dia menuliskan curhat sebagai sambat, kritik dianggap sebagai bully, bahkan sebuah oposisi dianggap sebagai "barisan sakit hati". Maka kebenaran sebuah narasi juga patut dipertanyakan. Narasi sama saja dengan omongan. Dia butuh verifikasi untuk bisa diterima sebagaimana tulisan di buku, koran, apalagi Twitter. Namun dalam konteks hari ini mungkin Twitter lebih dekat dengan orang-orang.
Twitter perlu dilihat dari salah satu sudut pandang. Sebagai curhat orang yang kesepian, atau sambat orang yang kurang kerjaan. Tetapi memang tak ada yang lebih tabah dari Twitter. Dia tidak hanya memberi ruang bagi mereka yang bijak dan intelek. Tapi juga teman bagi mereka yang sedang ambyar dan ingin sambat.
Sambat adalah bagian dari ekspresi dan tidak ada salahnya sama sekali.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya