Pelajaran Dari Anthony D Mello

Sudah tiga malam ini aku terus menulis. Kegiatan ini kulakukan setelah sholat isya dan nderes. Sebab setelah melakukan kedua hal itu diri menjadi cukup tenang dan nyaman untuk menuliskan sesuatu. Meski semua ini tidak menjamin apa yang kutulis adalah sesuatu yang bermutu, tapi untuk hanya sekedar menulis saja aku sudah cukup senang. Kuanggap ini sebagai kemajuan kecil yang sangat berharga.

Dari situ juga aku berhasil menjalankan resep untuk menenangkan hati dengan cara membaca kitab suci. Sebab selama ini hal itu hanya berhenti sebagai teori dan tak beranjak untuk dijalankan.

Ngomong-ngomong soal hati yang keruh. Aku masih belum benar-benar keluar dari persoalan tersebut. Mungkin karena aku sendiri tidak begitu konsisten dalam menjalani apa yang kuputuskan, atau apa yang ku tahu itu harus dijalankan. Alasannya bisa dirangkai dengan mudah, meski hal itu tidak berarti apa-apa. Yang jelas ini semua karena tidak adanya kemauan, bukan karena ketidakmampuan.



Oh iya, mulai tadi malam sampai tadi sore aku banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku karya Anthony D Mello yang berjudul Doa Sang Katak. Dari buku itu aku mendapatkan banyak pelajaran kebijaksanaan, khususnya mengenai penerangan batin.

Mungkin seharusnya aku membaca dengan bertahap. Ibarat satu hari aku baca satu atau dua lembar. Sebab itu bukan sebuah novel yang bisa langsung ditelan ceritanya. Tapi sebuah cerita pendek mengenai kebijaksanaan yang mesti dicerna pelan-pelan. Tapi rasanya hal itu akan memakan waktu, dan aku takut malah tak bisa konsisten dengan hal itu.

Aku merasa beruntung bahwa Youtube, Podcast dan sosial media yang ku ikuti mengarahkanku pada hal-hal yang cukup inspiratif, salah satunya aku menjadi ingin membaca buku itu. Meskipun buku itu kubaca dulu saat aku belum menyelesaikan Novel Haji Murat karya Leo Tolstoy. Mungkin sehabis menulis ini aku akan melanjutkan lagi novel itu. Sebab aku juga merasa banyak hal bagus disana.

Harapanku, semoga aku bisa terus konsisten pada hal-hal yang kecil seperti ini. Sebab tak ada hal besar yang pantas aku banggakan untuk saat ini.

Salam Konsisten

NB :

Tadi sore mbak Ria WhatsApp. Katanya emakku sedang sakit. Aku disuruh menelepon untuk menanyakan kabar. Aku jadi teringat sudah lama sekali aku tidak menelepon emakku. Ku telepon emak berkali-kali tapi tak dijawab. Kupikir emak lagi ada kegiatan malam Jum'at. Atau sebenarnya emak juga jengkel padaku karena aku lama tidak menghubunginya. Ah, dasar aku ini.

NB II :

Jam 10 malam tadi aku menonton film dokumenter tentang Sir Alex Ferguson. Seorang tokoh sepakbola Inggris legenda Manchester United. Dalam umurnya kini yang sudah begitu tua dia hampir saja kehilangan ingatannya kemarin. Beruntunglah hal itu tak sampai terjadi. 

Film ini menceritakan tentang kehidupan muda dan konflik yang terjadinya saat dia belum menjadi Manajer di MU. Hal itu menyadarkanku bahwa orang yang mempunyai prestasi segemilang itu pernah mengalami masa sulit dan bahkan tragis. Sebagai orang yang tak bakal mampu menandingi prestasinya, aku merasa malu dengan diriku sendiri.

Untuk selanjutnya aku jadi ingin membaca buku otobiografinya yang pernah kulihat dipajang di Gramedia. Semoga kesampaian. Amiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"