Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

Pengertian Jiwa

Gambar
Sudah dua hari ini aku membaca buku dari Ki Ageng Suryomentaram. KAWRUH JIWA. Buku yang kudapat 3 tahun lalu, dari teman yang menawarkan lewat status WA. Dia malah menjualnya padaku dengan memberi banyak diskon. Aku sudah membacanya dua tahun lalu, namun membaca buku yang sama dua kali adalah keistimewaan pribadi. Membaca buku yang sama dua kali dapat memperbaiki kesalahan pembacaan kita sebelumnya, bukan mengulang kesalahan yang sama. Buku berbahasa Jawa kromo, dan juga ditulis dengan nuansa tutur dari Ki Ageng Suryomentaram ini tidak hanya menarik, tapi juga cukup menggugah -setidaknya menurutku-. Buku ini ditulis dengan istilah yang umum dalam masyarakat desa. Juga membahas mengenai kebiasaan masyarakat desa pada umumnya. Masyarakat yang masih main domino, juga manusia dalam hubungannya dengan keluarga dan sosial. Buku ini menjelaskan persoalan jiwa manusia dengan sangat sederhana, dibandingkan dengan buku psikologi yang pernah kubaca sebelumnya. Buku ini menjadi teman yang solid

Dia

Dia Banyak yang menyukainya Berjejeran mengharapkannya Mencari perhatiannya  Tertarik pada tulus sikapnya Jujur untuk didengarkannya Juga sakit hati olehnya Kecewa karenanya Memohon balas kasihnya Dia Dianugerahi pesona Pandai cerita dan drama Peduli dan rajin membaca Sunyi dalam hati dan jiwa Terkadang naif dan terlena Dia Kini setia pada cinta Semoga

Deep Talk

Semalam ada yang mengirimkan pesan padaku. "Aku sekarang ngobrol ma kamu rasanya rada kurang nyambung ya..  Lama gk deep Talk . Apalagi yg mikir filosofis gitu eh.." Sejenak kupikir kan. Adakah obrolan seperti itu bermakna? Kukira obrolan seperti itu hanya hidangan yang tersaji untuk mengisi sepi. Tetapi kali ini tampak berbeda. Bisa kusimpulkan kalau obrolan itu berkesan, dan entah memberi dampak atau tidak, tampaknya layak untuk diingat. Dalam banyak hal, manusia berbicara menggunakan bahasa-tubuhnya. Bukan dengan kata-kata. Kita terlahir sebagai mahluk simbol, dan simbol paling maju adalah kata-kata. Tanpa kata-kata, mungkin kita masih seperti jaman purba. Masih berburu menggunakan kapak corong, dan menyalakan api dengan batu. Sebab orang membuat Hieroglif, abjad paku, hingga prasasti, manusia menjadi semakin maju. Dari penggambaran yang dipadatkan menjadi aksara itu, manusia bisa lebih mudah membangun ide, meneliti pola peristiwa, dan juga merancang masa depan. Dari kata-

Kembali-Pulang

 Hai blog Aku tidak melanjutkan tulisanku malam ini. Namun kuputuskan menulis untuk diriku sendiri, yang kutempelkan lewat media ini. Tentang jiwa yang selama ini tak menentu. Entah akan ke mana? Semakin kurenungkan, semakin aku mengalami kebuntuan. Hingga pada akhirnya kucoba mengenali diriku. Bertanya dengan sungguh tentang banyak hal, kepada diri sendiri. Hingga kemudian aku tahu dari mana aku berasal, dan ke mana akan menuju? Innalillahi Wa Inna Ialihirojiuun ...Sesungguhnya semua berasal dari Allah, dan hanya kepadanyalah semua akan kembali. Begitulah maknanya -yang kurang lebih aku tahu-. Perjalanan ini akan menuju ke Tuhan, sebab memang semua berasal darinya. Tentu lewat kedua orang tua kita, di daerah tempat lahir kita, dan juga bersama mereka yang banyak memberi pada kita. Kukira urusan kita dengan Tuhan itu bukan soal asal dan kembali . Tapi lebih pada kesatuan. Perasaan sadar bahwa aku hidup, sadar, dan melakukan sesuatu bersama kehendaknya. Namun bisa jadi kita dit