Aku yang tumpul

Teori itu seperti pedang, Bahasa kawan-kawan teroti adalah pisau untuk analisa. Sebagaimana pisau pada umumnya, ketia dia sering diasah maka dia akan menjadi semakin tajam dan jika tidak maka dia akan menjadi tumpul. Itu sudah menjadi hukum alam. Jika tidak begitu berarti tidak sama sekali. Sudah begitu banyak teori yang saya dapatkan mengani kenyataan. Namun saya sering sekali malas untuk mengasahnya dan akibatnya kepala saya menjadi begitu tumpul saat dibenturkan dengan kenyataan.
Mengasah teory bukanlah hal yang sulit, meskipun juga tidak mudah. Yang dibutuhkan adalah kemauan yang harus selalu dipupuk dan diperkuat, sedangkan yang musti di hindari dan harus benar-benar dikontrol adalah kemalasan. Godaan bisa datang kapan saja untuk menghindar dari tanggungjawab, bagi mereka yang terlalu toleran maka hal ini menjadi musuh besar sebuah komitmen. Namun bagi mereka yang bisa memegang teguh tanggungjawab, godaan itu layaknya iklan televisi yang lebih menonjolkan opini daripada faktanya.
Sesuatu yang tampak di depan mata seringkali tampak menggiurkan ketimbang cita-cita ideal kita untuk masadepan. Ini adalah penyakit utama bagi saya. Ketika saya seharusnya menyibukkan diri dengan tanggungjawab yang saya pikul, saya malah mengikuti tawaran yang muncul di depan saya atas dasar kesenangan saya sendiri. Terkadang saya menyesal karna telah melakukan itu, namun terkadang juga tidak. Terkadang juga penyesalan itu mendatangi saya saat tanggungjawab itu sudah jauh berlalu dengan kekecewaannya terhadap saya dan yang tertinggal adalah rasa hina. Kini diri saya menjadi kian tidak berarti apa-apa untuk yang lain dan bahkan untuk diri saya sendiri.

Komentar