Pesan saya

Akhir2 ini saya mulai berfikir, apalah artinya saya di hadapan anda? Selain dari apa yg sudah kita lakukan. Itulah alasan utamanya, jadi anda tak perlu repot2 cari alasan untuk membenci saya. Hal ini membuat saya tak bisa lama2 hanya merenunginya. Saya musti bertindak yg tak hanya Rasional / pengertian(emosional). Namun diatas itu, musti "Bijaksana"(menurut saya).
Saya musti
-mempersiapkan diri
-menyelesaikan persoalan
-merampungkan tugas
-mengerjakan ide
Dan masih banyak lagi.
Anda berhak menuntut apapun!
Tapi saya tetap saya, dg segenap kelemahan atas diri dan lingkungan saya. Kadang saya merasa terkapar dihantam oleh kenyataan, namun kadang rasa itu membias berkat ketulusan teman yg ada untuk saya.
Semuanya memberikan pelajaran bagi saya. Dari sini saya belajar untuk tidak membenci dan tidak mengikuti apapun selain diri saya yg paling otentik(tidak buku yg saya baca, pesan2 orang tua/guru, apalagi konstruksi sosial). Saya berharap semoga kapasitas diri saya cukup untuk menjalaninya. Jika tidak, berarti saya masih butuh mencari guru lagi(entah itu sosial, buku, juga guru sejati /mursyid).
Harus saya akui saya tidak bisa mengendalikan diri saya, saya fikir siapapun bisa menghukum saya termasuk anda.
Saya benar2 sudah menyia-nyiakan satu kunci hidup yg amat berharga yakni *kerja* *keras*, dan kini butuh kerja *sangat* keras untuk memperbaiki hidup saya. Meskipun "motor" bekas yg rusak tetap tak bisa menjadi seperti baru lagi(pasti rasanya berbeda,*semoga anda tahu maksudnya). SAYA MASIH HIDUP, meski banyak kesempatan yg terbuang sia-sia. Setidaknya saya masih bisa bercinta dg waktu yg kadang rasanya *pekat* dan membunuh. Jangan ragu untuk datang kepada saya dan meminta HAK anda yg musti saya pertanggungjawabkan. Atau anda bisa meminta kepada yg ber-*kuasa* untuk di sampaikan kepada saya(entah dg cara apa). Jika harapan seperti gelembung rapuh yg menawarkan cahaya pelangi, maka *mimpi* sepertinya lebih rendah dari itu.
Sekian dari saya, Bukan maksud saya untuk *berlindung* dibawah *kata2* yg saya buat, melainkan karna kita memang belum bisa saling memahami.
-terimakasih-

Komentar