Belajar menulis
Pelatihan
menulis yang saya ikuti sampai hari ini hanya dua kali. Yang pertama adalah
ketika saya berada di MAMNU(Madrasah Aliyah Nurul Ulum) pada tahun 2010. Disana
saya diajak rozi untuk ikut pelatihan menulis cerita. Caranya sangat sederhana,
bahwa menulis itu hanya butuh melepaskan diri. Menulis cerita adalah tugas otak
kanan. Otak kanan berisi sesuatu yang itu diluar logika. Membiarkan sang tokoh
melakukan perjalanannya lewat ide dan imajinasi kita. Jangan biarkan otak kiri
kita mengatul cerita itu. Yang butuh kita lakukan adalah menuliskan apa yang
sudah ada dalam ide kita dan biarkan dia mengalir apa adanya. Cukup sederhana bukan?.
Saya mengakuinya
kalau intinya menulis itu cukup sederhana, namun sampai saat ini ternyata saya
kesulitan melakukannya. Lebih sering cerita yang saya buat macet di tengah
jalan dan akhirnya berhenti sia-sia. Sesuatu yang mudah untuk dibayangkan
ternyata masih sulit dilakukan. Yang kedua adalah yang saya ikuti kemarin
bersama kawan roby di KMPD. Menariknya dari pelatihan ini adalah, kawan roby
mengakui menulis itu tidak mudah namun dia menjelaskannya dengan sederhana. Pelatihan
ini sangat membantu saya bisa menulis dengan baik mengenai opini.
Dalam menulis
opini kita mesti terlebih dahulu memutuskan tema apa yang akan kita tulis. Kemudian
tema itu perlu kita turunkan ke dalam bentuk topik/judul yang yang lebih
kongkrit(tidak ngawang). Artinya kita berusaha membuat fokus dari tema yang
abstrakitu. Dalam muliskan sebuah fokus kita perlu memilih konsep fokusnya. Konsep
itu bisa dipilih dari salah satu dari yang tiga, yakni konfli, perbandinga dan
sejarah. Konflik berisi tentang bagaimana A dan B, fokus berisi tentang A:B dan
sejarah berisikan tentang A-B. Sejarah bukan hanya berbentuk riwayat, namun
juga berbentuk pola. Setelah menentukan judul/fokus kita musti membuat satu
pertanyaan kira-kira yang akan kita ungkapkan dalam judul itu apa?. Itulah pertanyaan
induk yang akan dijawab dalam tulisan yang kita buat. Dari induk pertanyaan
tersebut akan menghasilkan anak-anak pertanyaan yang kesemuanya dapat menjawab
induk pertanyaan. Tidak ada cara untuk membuat anak pertanyaan dan induk
pertanyaan. Disitulah kreatifitas kita butuh untuk dimainkan. Kreatifitas itulah
yang akan membentuk kualitas tulisan kita. Semkain sering kita menulis maka
kreatifitas kita akan semakin terasah dan disana kualitas tulisan akan
terbentuk. Setelah itu berlanjut pada masalah pola kepenulisan, soal
deskriptif, naratif dan lainnya lupa. Dalam prakteknya juga belajar mengenai
EYD dan juga cara membuat kalimat.
Ada banyak
lagi yang yang diungkapkan. Semua sepertinya masih tersimpan di batok kepala
saya. Ini sangat berguna dan membuat saya menjadi semakin sadar dengat kualitas
menulis saya, apalagi kualitas tulisan saya. Semoga saya bisa lebih baik dalam
menulis.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya