emboh



Aku tidak bisa tidur. Jika kupaksakan untuk tidu, itu sama saja aku memanjakan diriku untuk tidak melakukan apa-apa. Fikiranku terbawa pada emak-ku. Dari tadi malam dia menekanku untuk menceritakan masalahku dan aku tetap saja tidak mengatakan kalau ada masalah. Entah mengapa aku merasa begitu jauh dengan keluarga. Semua mungkin karena sikapku yang dulu selalu terlena oleh keadaan. Aku lebih banyak memanjakan diri ketimbang melakukan hal yang itu penting. Aku memang bodoh dan malas.
Aku sangat menyayangi keluargaku dan itu seperti layaknya manusia pada umumnya, yang menjadi masalah untukku hari ini adalah aku masih belum bisa membantu dan membuat mereka bangga. Saat ini malah aku terbawa oleh masalah hidupku sendiri yang aku tak memiliki kekuatan untuk menceritakannya pada mereka, termasuk pada ibuku sendiri. Aku sudah berusaha menyusuri langkah yang dapat kuperbuat untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi dalam hidupku saat ini. Rasanya cukup sulit untuk bertahan. Aku memang orang dengan daya tahan yang cukup lemah. Kini sepertinya adalah waktu untukku menyesali semua kesombonganku dulu.
Sampai saat ini aku sebenarnya belum bisa memutuskan dengan tegas, kejelasanku hidupku akan kemana?. Terus memikirkan mengenai diriku sendiri rasanya juga tidak mengenakkan. Aku sendiri pernah bilang kalau “ketika kita bisa memahami kesusahan orang lain maka kita akan meringankan kesusahan kita sendiri”. Rasanya aku terjebak dalam ungkapanku itu, atau aku memang tidak konsisten dengan ungkapanku sendiri. Semua terasa begitu menyedihkan. Dan yang makin menyedihkan adalah persoalan hubungan asmaraku dengan seseorang yang tidak jelas peranggainya. Dia adalah orang yang bisa bilang akan selamanya mencintai dalam keadaan berhianan. Namun juga mampu membenci dalam kondisi masih sangan mencintaiku. Aku benar-benar tidak tahu manusia macam apa dia itu?. Dia orang yang di istimewakan banyak orang. Awalnya aku sempat merasa bangga saat di cintai oleh orang yang dianggap istimewa oleh banyak orang seperti dia. Namun kemudia rasanya berbalik begitu menyakitkan. Aku yang dulu merdeka dengan kerendahanku sendiri kini harus terpuruk karena dia membuat kegaduhan dalam hidupku dan orang yang melihat masih saja hanya peduli padanya. Akusempat merasa kalau hidup memang tidak adil untuk laki yang lemah jiwa sepertiku. Seharusnya dari dulu aku sudah pergi dan menyusun kenyataanku sendiri. Ah, omong kososng. Semua hanya jadi penyesalan. Cita-cita kini sudah membusuk mejadi limbah dan tak bisa di daur ulang. Aku bahkan tak bisa menerima kenyataan hidupku sendiri.
Kini aku masih hidup, masih bisa melakukan banyak hal yang kadang tak ada artinya. Aku sempat berfikir bahwa sebagian banyak dari kawanku kini lebih memilih meletakkanku dipojokan kenyataan. Mereka akan lebih menerima dengan apa yang sudah diceritakan secara menyedihkan oleh gadis munafik itu. Kini aku bukan siapa-siapa lagi, aku bukan apa-apa lagi. kini aku hanyalah sebatang hdip tanpa kehidupan dan besok hanyalah pengulangan atas kebodohan hari ini. Kebodohan yang tak pernah memposisikan dirinya sebagai orang yang tau diri, kebodohan yang lebih mengikuti kesenangan sesaat daripada prinsip kehidupan yang hakiki. Kebodohan yang karnanya hanya membuat diri ini menadi seonggok daging tanpa sebuah makna dan esensi.
Maafkan aku maak, maafkan aku bapak, maafkan aku semua sadaraku. Aku sudah terlampau salah jalan dalam menjalani hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"