MENGENAI KONTRAK PRIBADI DENGAN TUHAN

 Obrolan dengan Isma kemarin membuka halaman kedua untuk youtube ku. Entah bagaimana pun apresiasinya, dan berapa banyak yang menonton, aku sendiri kurang peduli. Audionya memang masih jelek. Tidak begitu nyaman untuk didengarkan. Tapi dalam obrolan mengenai buku itu, kita berbicara banyak hal. Mulai dari cover buku yang bagus, dan itu membuat kecewa saat membaca isinya, tentang kesehatan mental, dan juga hal-hal yang menjadi kontrak kita dengan Tuhan. Dari pembahasan yang terakhir itulah hal yang menarik didapatkan dari buku itu. Bahwa setiap kita memiliki kontrak pribadi dengan Tuhan. Tentang siapa kita dan apa yang mesti kita jalani di dunia ini. Bila mengenal kontrak itu, kita akan bisa dengan damai menjalani hidup.

kita lahir dalam kondisi sepi. Sendiri di dalam perut seorang ibu. Kita bertumbuh dan dibesarkan oleh keluarga dan lingkungan. Pada saatnya nanti, kita akan menghadapi kesendirian lagi, di dalam fase kematian. Ada banyak hal yang bisa ditanyakan, atau dibahas dalam masa kesendirian itu. Tentang apa yang kita lakukan dan apa yang sudah kita pahami, dan ada hal yang harus kita jawab saat sendiri dalam kematian nanti. Salah satunya adalah tentang bagaimana kita menjalani hidup.

Akan terjadi penyesalan besar, ketika kita tak menjalani apa yang seharusnya kita jalani. Walau yang kita jalani tidak populer di dunia, tapi akan ada rasa bahwa itulah diri kita, bukan yang sedang populer saat ini. Alangkah lebih baiknya jika kita mengenal apa yang menjadi kontrak kita dengan Tuhan. Tentang bagaimana kita menjalani hidup ini seharunya.

Akan masa di mana kita berdiri di persimpangan, dan di depan terdapat banyak jalan yang harus dipilih. Tapi selalu ada waktu untuk kita bertanya kepada diri kita sendiri. Apa yang sebenarnya kita mau, apa yang akan kita korbankan, dan bagaimana kita akan menjalaninya. Ada orang yang sejak kecil dekat dengan laut, ada juga yang dekat dengan sawah, dan juga ada juga yang dekat dengan sekolah. Terkadang kedekatan itu tak membuat orang menginginkan yang lain. Terkadang kita harus memilih antara menjalani apa yang dekat dengan kita, atau menuju pada yang kita mau. Di antara itu semua, ada ruang untuk kembali menyendiri. Menanyakan pada diri sendiri. Melihat “kontrak kita dengan sang pencipta”.

Mungkin pertanyaan itu tak bisa langsung terjawab. Akan ada waktu kita tersesat dan terpikir jalan yang benar. Tak ada salahnya semua itu untuk sebuah proses.

Senang rasanya dengan obrolan kemarin. Mengajak diri untuk kembali berefleksi, tantang kontrak kita dengan Tuhan, tentang bagaimana harus menjadi dan untuk apa semua ini. Semoga fase ke depan bisa lebih baik dan lebih bisa memperbaiki, soal audio, soal gambar dan editting video.  Mungkin mode “100 konten jelek pertama” itu mesti ada, untuk terus berbenah dan menemukan model yang pas.

 


Komentar