Tidak


Aku tidak sedang kalut oleh masalalu, aku hanya tidak bisa mengendalikan diri sebagaimana biasanya. Aku tidak bisa konsisten jika tidak ada yang memaksaku untuk itu. Aku benar-benar tidak sedang terjebak oleh masalalu. Aku saja yang tidak mau beranjak darinya dan memulai sesuatu yang baru. Alangkah tidak bergunanya aku jika terus seperti ini.

Sore ini temanku mengirim pesan menanyakan kapan aku akan ‘munaqosah’. Kufikir dia sudah tahu keadaanku dan dia tahu jawabannya. Dia hanya berusaha untuk membantu apa yang belum mampu aku selesaikan sendiri. Tapi aku malah terlena dan menyendiri, tidak mau untuk segerak bertindak, tidak mau mencicil sedikit saja. Setiap hari hanya tidur, makan dan diam.

Bagaimana ini?, bagaimana kelanjutannya jika aku terus-terusan begini?, akan jadi apa aku seterusnya jika begini saja?. Aku sungguh bodoh, malas dan tidak konsisten.
Kesendirianku dan ke-diamanku malah membuatku memikirkan banyak hal yang seharusnya tidak perlu aku besar-besarkan. Aku tahu hal itu malah akan membuat diriku terus diam dan menyendiri tak melakukan kemajuan. Aku tahu kalau aku memang “kesepian”, namun dengan hanya begitu malah akan membuat diriku menjadi tidak lebih baik. Hening dan merenung dalam kesendirian itu perlu, namun hal boleh dilakukan untuk memikirkan hal yang tidak perlu. Setiap perkara memiliki dua kualitas; pokok dan remeh, tidak bisa kita menganggap remeh hal yang pokok begitu juga sebaliknya. Kini aku malah kalut dan tidak dapat membedakan mana yang pokok dan mana yang remeh.
Pantaskan jika sampai hari ini aku masih berfikir untuk membencinya?

Kufikir jawabannya masih, sebab semua masalah terjadi saat dia mulai mendua dan berhianat dibelakangku. Aku tahu bagaimana dia selalu berusaha menarik perhatian orang lain dan parahnya dia mendapatkannya. Aku juga tahu bagaimana orang lain juga memberinya perhatian seolah dia adalah dewa penolong. Hingga akhirnya penghianatan itu menjadi sempurna.

Aku juga sadar bahwa dalam setiap proses cerita itu aku memiliki kesalahan, namun setidaknya aku sudah pernah menunjukkan bahwa aku mau bertanggung jawab dan menghadapi semunya. Tapi pada akhirnya dialah yang menghancurkannya, karna setelah pertemuan terakhir sebelum lebaran itu ia tidak mau menguhungiku, tapi malah menghubungi keluargaku dan ekting disana. Kufikir dia juga malah terus mencari perhatian dengan orang lain.

Kini semua terasa terbagi menjadi dua kutub, aku disini dan dia bersama mereka yang menyalahkanku. Waktu memang masih terus berjalan dan tak tahu apa yang akan terjadi. Setiap orang selalu berusaha untuk tidak terprosok ke lubang yang sama untuk kedua kalinya, begitu juga dengan diriku. Aku telah melakukan kesalaham yang sama berulang kali dan semoga setelah ini tidak lagi. Mungkin suatu saat, jika keadaan membawaku kembali ke masa lalu aku harus terima. Aku memang juga harus membesarkan diriku dan menganggap semuanya sebagai sebuah pelajaran. Tak boleh ada dendam lagi, namun tak boleh dengan mudah dilupakan.

Cinta tak hanya barisan dan ungkapan kata, cinta juga bukan hanya pertautan hati dan hasrat jiwa. Aku percaya cinta lebih dari itu semua. Hanya sepenggal cinta yang hancur dalam hidupku dan itu mempengaruhi yang lainnya untuk hancur. Disanalah aku telah salah membawa diri dan menaruh harapan. Ada ribuan hal lebih penting yang sebenarnya perlu aku perjuangkan meski persoalan itu tak dapat aku nafikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"