Terjebak Dalam Lingkaran Cerita dan Wacana
Begitulah aku sebagai manusia
Penuh dengan paradokSebuah kutub antara diri yang bercerita dan diri yang menjalani
Malam ini
aku tak bisa tidur. Setelah banyak melakukan sesutu yang tidak dapat membuatku
menjadi ngantuk dan tertidur, akhirnya aku putuskan untuk meminjam laptop dan
menulis seadanya. Barangkali ada manfaatnya, atau malah hanya menjadi sampah. Temanku
pernah bilang, terkadang “sampah” pun ada manfaatnya.
Hari-hariku
berjalan biasa-biasa saja, memang ada satu dua hal yang menimbulkan gejolak,
tetapi secara umum semua itu hanya kebiasaan saja. Entah itu kebiasaan baik
atau buruk. Diantara semua yang kujalani
akhir-akhir ini aku tidak banyak berfikir mengenai ekspektasi dalam hidupku. Bukannya
hal itu tidak ada, tetepi aku saja yang tidak serius memikirkannya. Aku terlalu
larut dan mengalir.
Aku memiliki
pemikiran untuk bergerak maju dan dan menuju apa yang ada dalam benakku. Aku bisa
dengan mudah untuk membuat cerita itu dan menghiasinya dengan butir-butir kata yang
ku anggap bijak. Namun diri yang hidup dan beraktifitas tidak semudah diri yang
bercerita. Ada banyak hormon dari dalam untuk lebih memilih melakukan aktifitas
lain. Belum lagi dengan komunikasi dengan pihak luar yang membuat diri tak memiliki prinsip dan kekuatan untuk
bertahan pada cerita. Dan begitulah aku sebagai manusia. Penuh dengan paradok. Sebuah
kutup antara diri yang bercerita dan diri yang menjalani. Cerita masih tetap
menjadi cerita jika kita tidak menjalaninya, sedangkan kenyataan adalah apa
yang menjadi tindakan diri. Jika diri tidak bertindak sebegaimana dia
bercerita, apalah gunanya cerita itu kalua bukan omong kosong.
Sejauh ini
omong kosong itu masih berlaku. Ia terus tercipta dan berakumulasi sebagai
sampah. Sebagian ada yang sudah terbuang dan sebagian lain masih mengendap di
kepala. Jika waktunya tiba, kepala ini akan keru dengan berantakan dengan
banyaknya sampah. Sampah itu juga akan mengundang banyak bakteri. Bakteri itu
akan berkembang biak menjadi sebuah penyakit. Penyakit itu akan semakin parah
dan membuat kepala menjadi membusuk. Bau busuk yang tercipta akan menjangkiti
seluruh bagian tubuh lain, sehingga yang terjadi adalah kelumpuhan dan akan ada
kelumpuhan total dalam diri, hal itu disebut dengan kematian.
Begitulah kira-kira cerita yang akan terjadi jika terjebak
dalam lingkar retorika. Bisajadi kesalahannya tak Nampak, kebidihannya tak
terlihat dan dampaknya jangka Panjang. Jangka Panjang dari semuanya adalah
kematian, tetapi mati dengan menjadi sampak yang membusuk adalah sebuah
kenistaan. Kenistaan itu akan terjadi jikalau kebiasaan lama masih saja
dipertahankan.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya