After Everything

Eliot adalah pemuda Amerika pada umumnya. Dia punya kebiasaan klubing dan berhubungan seks. Suatu hari dia cek up ke dokter dan mengetahui jika terdapat kanker atau tumor di tulang iga badannya. Pada masa itu juga dia dekat dengan Mia (cewek yang diajak kenalan di stasiun kereta) dan mulai menjalin hubungan. Saat hubungannya dengan Mia mulai intens, tumor di badannya juga Mulai parah dan mengharuskannya untuk operasi.

Mia adalah orang yang setia menemani masa-masa kritis Elliot. Mulai dari membicarakan penyakit Elliot ke orang tuanya, menemaninya di masa kemoterapi dan Mia-di usianya yang masih 19 tahun- juga mau diajak menikah dengan Elliot beberapa hari sebelum dioperasi. Setelah operasi Elliot berhasil akhirnya mereka tinggal bersama.

Namun pada akhirnya mereka tidak sanggup mengatasi persoalan rumah tangga yang terjadi. Elliot tak bisa menerima dirinya yang hanya dirumah menunggu istrinya pulang kerja. Dari situlah konflik rumah tangga mereka dimulai. Elliot kembali pada kehidupannya yang dulu dan itu membuat mereka berdua bertengkar hebat. Akhirnya mereka berpisah hingga kemudian Ia memutuskan untuk bercerai, meskipun Elliot memintanya kembali tapi dia menolak.

Begitulah kira-kira perjalanan film ini. Menurutku sih, film ini tergolong Roman Picisan. Ceritanya juga cukup umum, mengenai pasangan yang memiliki penyakit kanker. Konfliknya juga nggak jauh beda dengan film India (Aashiqui). Namun ending yang dihadapi dengan santai dan tidak termehek-mehek membuat penonton seperti saya tersenyum sendirian.

Setelah semua yang terjadi dan yang dikorbankan, ternyata masa depan masih menjadi misteri dan saat kita sadar keadaannya tidak mengenakkan, kita mesti ikhlas dan mau mengambil keputusan yang tepat. Itulah pelajaran yang saya dapatkan dari film ini.
Saya jadi teringat ungkapan kepala sekolah zaman Madrasah Aliyah saya dulu. Namanya Ustadz Zainuri, beliau selalu bilang "ambil keputusan dan tanggung resikonya".

Komentar