Brow

jaman nek MAMNU


Saya sudah banyak bercerita kepada orang-orang tentang awal mula saya bisa kuliah di Yogyakarta. Namun rasanya kurang lengkap jika tidak saya ceritakan disini.

Jadi pada tahun 2012, saat itu saya selesai menjalani Praktek Kerja Lapangan dari MAMNU, saya di SMS oleh seorang teman.

“Bro, ayo kuliah nek jogja”
“Wah, gak enek biaya brow” saya menjawab dengan sangat yakin seolah memang tidak akan bisa kuliah di jogja.

Kemudian sehari senbelum wisuda di pondok saya ketemu dia dan membicarakan soal rencana kulyah tersebut. Dari ssitulah bekal keyakinan dan niat saya untuk melnajutkan pendidikan ke jogja terbangun. Akhirnya saya meoby pada keluarga untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Saya dan dia –Namanya Fahrurozy- mendaftar bareng dan mencari jurusan yang juga sama. Hingga akhirnya pun kita diterima di Universitas yang sama dengan jurusan yang sama juga. Karna memang pilihannya sejak awal juga sama. Yang penting bisa kuliah.

Tahun pertama saya sama dia tinggal di tempat alumni MAMNU juga, namanya mas Huda. Sempat memilih tempat kerja bersama saat kuliah namun akhirnya berhenti kerja juga. Kemudian tahun kedua akhirnya kita sama-sama memiliki keputusan untuk masing-masing. Hal itu terjadi karena banyak faktor, mulai dari perbedaan kegiatan, kecenderungan dan mungkin soal psikologi masing-masing.

Dari situ saya dan dia mulai jarang ketemu. Apabila bertemu mungkin lebih banyak basa-basi, namun juga sempat saling meminjami uang. Empat tahun kemudian, tepatnya di tahun 2017 setelah lebaran, dia WA saya dan bilang.

“brow, aku Munaqosah disek yoo. Sepurani ndisi,I”

Dengan santai saya menjawab “oke brow, santai ae. Selamat zooo”

Kemudian dalam hati saya bicara, “persiapan kuliah yang nyaris apa-apa bareng ternyata tidak membuat kita lulus bareng”. Tapi kemudian saya terfikir bahwa memang jalan setiap orang beda-beda dan tekanan hidupnya juga beda-beda.

Hari ini kita sama-sama lulus dan mungkin juga sama-sama memiliki pelkerjaan, meski saya terasa kurang jelas.

pas kuliah
“sukses bareng-bareng brow”
Begitulah cara dia menanggapi ucapan selamat ulang tahun dari saya dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"