Bukan Kanak-Kanak


Kita bukan lagi anak Taman Kanak-Kanak yang suka tepok-tepok, bernyanyi riang “disini senang, disana senang”

Hari ini sebagian dari kita sudah berkeluarga, mengasuh anak dan mencari nafkah. Sebagian lagi masih sibuk dalam kepentingan agama dan organisasi masyarakat. Mungkin hanya sebagian kecil dari kita yang masih mengerjakan skripsi dan mengurusi persoalan studi. Masih suka diskusi, membicarakan poilitik dalam negeri dan kasus-kasus demokrasi.

Pada suatu titik aku menyadari bahwa setiap orang memiliki takdir masing-masing, menjalani tekanan hidupnya sendiri dan juga berusaha menentukan pencapaian pribadinya. Ada waktunya bahwa seorang teman hanya akan mejadi folower di media sosial kita masing-masing. Kadang enggan untuk menyapa dan berkomentar dan bahkan enggan untuk menghubungi lewat jaringan pribadi. Mungkin hal seperti ini terlihat mengecewakan jika dilihat. Namun saat kita menjalaninya terkadang malah tidak merasa ada masalah.

Tetapi pada titik lain saat aku merasa sepi dan bingung, akhirnya aku menyadari kembali, bahwa memutus silaturrahim adalah kesalahan besar. Seorang teman bukan hanya media tempat untuk meminjam uang, namun juga bagian dari jiwa yang kita miliki. Ada tempat di dalam diri yang hanya bisa diisi dengan elemen yang bernama persahabatan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, semua orang pasti merasakannya.

Mungkin sebagai manusia biasa yang kadang harus membuat harapan saja. Maka sebaiknya saya mengisi waktu pengharapan itu untuk teman-teman yang pernah hadir selama ini. Semoga mereka sukses, semoga mereka diberi keberkahan hidup.

Oh iya, malam ini temanku yang fotonya di depan sendiri ini menikah dan itu berarti hanya aku yang belum menikah dalam foto itu. Namun hal itu tidak begitu penting untuk menjadikan itu masalah. Aku hanya berharap semoga dia menjadi pribadi yang lebih baik dan kemudian mereka berdua dapat berkeluarga dengan baik. Amiin.

Komentar