Maka Jangan Pernah


Saya cukup meyakini bahwa setiap manusia dewasa pasti pernah merenung. Entah itu manusia dewasa di zaman milenial ini maupun di zaman purbakala. Merenung merupakan sebuah ciri bahwa dia manusia, karna saya tidak pernah menerima informasi mengenai monyet dewasa yang merenung. Perubahan zaman dimulai dari satu orang yang merenung mengenai hal itu. Namun tak ada gunamya ketika terlalu banyak merenung tanpa aksi yang kongkrit.

Sebagaimana manusia pada umumnya, sayapun sering merenung. Sendiri dirundung pertanyaan mengenai “siapa saya?” sebuah pertanyaan yang pastinya juga dirasakan oleh banyak orang. Tidak peduli dia anak petani maupaun anak sultan. Jika dia mau merenung, perytanyaan mengenai hal itu pasti terlintas dibenaknya. Entah jawaban itu akan dicarinya atau tidak. Entah hal itu akan membawanya menuju keinginannya atau tidak. Perenungan adalah ruang belajar khusus seorang panusia pada dirinya sendiri. Sependek pengalaman saya, merenung tidak hanya soal kerja fikiran, namun juga soal perasaan, dan juga kepasrahan. Jika kita tengah merenungkan kegagalan, yang kita renungkan bukan saja analisis mengenai mengapa kita bisa gagal, namun juga rasa kecewa dalam hati tentang kegagalan tersebut dan juga kepasrahan diri untuk mampu menerima kegagalan itu. Saat dalam kegagalan tapi kita mampu mengakui keberhasilan yang lain, dari situlah renungan spiritual hadir.

Dalam renungan kali ini sangat hanya ingin menyesalkan mengenai diri saya sendiri. Mengapa sulit sekali mengiklaskan masa lalu? Memaafkan orang-orang yang terasa menyakitkan bagi diri saya untuk diingat. Saat saya mengingat masa lalu yang menyakitkan itu, yang timbul dalam hati adalah rasa jengkel, kemudian dendam. Belajar benyak soal hari dan kelapangan jiwa ternyata tidak berarti kita akan menjadi mampu mengiklaskan semuanya. Mengiklaskan rasa sakit hati dengan keluarga, kejengkelan pada guru di sekolah dan juga sikap teman-teman dan lingkungan.

Namun jika aku mengutuk mereka itu sama saja dengan menyalahkan nasip. Mungkin lebih tepatnya aku tidak terima dengan hidup yang diberikan padaku. Sedang aku tahu itu sama sekali tidak pantas untuk dilakukan. Karena aneh ketika orang yang lahir di dunia kemudian setelah dia dewasa malah merasa menyesal telah dilahirkan dan disekolahkan, diberi fasilitas dan mendapatkan kesempatan yang sama dengan yang lainnya untuk menikmati hidup juga. Menyesali hidup sungguh tak ada gunanya, tak ada artinya dan tak bermutu. Maka jangan pernah…

Komentar