Tamasya Masa Kecil Bersama Pooh
Sebagai anak kecil di tahun 2000-an sudah semestinya kita mengenal cerita tentang Winnie the Pooh, atau sebenarnya ini adalah cerita Christopher Robin dengan para teman bermainnya, yakni Pooh dan teman-temannya yang hadir dengan berbagai karakter unik. Dalam cerita ini, Christopher Robin cenderung lebih dekat dengan pooh, si beruang yang selalu bersikap tenang atau mungkin lebih tepatnya pemalas dan menyukai madu.
Sebagai manusia Christopher Robin terikat dengan dunia sosialnya. Dia mengikuti tuntutan dirinya untuk giat belajar bekerja dan berkeluarga. Hal itu tentu membuat dia lupa dengan masa kecilnya, yakni bermain dengan Winnie the Pooh dan kawan-kawan. Sedangkan Winnie the Pooh peserta kawan-kawan tetap pada karakter aslinya dan masih suka bermain. Christopher Robin telah menjadi bagian dari dunia yang berlari, yang menuntut dirinya untuk menduduki pencapaian dan membangun identitas. Sedangkan pooh berada dalam dunia yang tetap dan karakter dirinya pun tidak berubah. Dalam dunia itu, Pooh, Piglet, Tiger dan kawan-kawan masih tetap merindukan Christopher Robin. Sedangkan Christopher Robin bisa dibilang tengah melupakan mereka dalam kesibukan dunia sosialnya. Hingga akhirnya keterputusan dua dunia itu dapat dihubungkan kembali oleh Putri Christopher Robin, yang dalam cerita ini enggan mengikuti dunia pemikiran ayahnya.
Film ini bertema keluarga dan bagaimana dunia sosial industri mempengaruhinya, mengantar semua manusia dalam satu dimensi, yakni terus bekerja dan berproduksi. Alur utama film ini menurutku adalah kedekatan antara Christopher Robin dan Pooh. Bagiku percakapan menarik pada film ini ada di bagian pertama, ketika mereka berdua bertemu untuk terakhir kalinya.
Sebagai manusia Christopher Robin mengatakan,
"Terkadang kita hanya perlu melakukannya saja, tanpa harus bertanya untuk apa dan mengapa?"
Sedangkan sebagai boneka dalam dunia permainan Winnie the Pooh mengatakan,
"Aku lebih suka banyak diam, karena diam akan membawa kita pada keputusan yang terbaik"
Dua kalimat besar ini menurut saya tidak bisa hanya dipahami sepintas saja. Cara memahaminya adalah dengan menghayati ungkapan ini dalam konteks film itu yang tentu kamu harus menonton filmnya. Kita memang tidak harus sepenuhnya sepakat dengan pendapat tersebut. Namun bagi orang yang pemalas seperti saya pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah.
Saya sepakat jika konflik dalam film ini dianggap kurang seru. Film ini lebih terkesan sebagai romantisme pada mereka yang pernah akrab dengan Wianie the Pooh. Atau mungkin juga untuk memberi pengetahuan kepada generasi yang lebih muda, bahwa sebelum ramainya kartun Mickey mouse, ada cerita kartun dengan tokoh utama manusia bernama Christopher Robin dan juga si beruang pemalas yang menyukai madu dan beberapa teman bermainnya yang aneh.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya