Note 2
Di sepanjang malam rasanya dunia berhenti untukku. Kemudian yang tertinggal adalah aku dan duniaku sendiri. Aku yang tengah berpikir atau merenung mengenai diriku. Aku yang telah melihat diriku dengan “mata semestaku”. Apakah yang sedang terjadi padaku? Aku tahu jawabannya adalah persoalan berikutnya. Namun yang lebih membuatku resah adalah ada apa yang sampai saat ini aku lakukan.
Aku seperti belum melakukan apa-apa. Itu terlihat dari aku yang belum mencapai apa-apa. Sebuah pencapaian itu penting. Kata mas Zen, “pencapaian” adalah bagian dari naluri manusia. Saat kita masih bayi dan belajar berjalan, kita selalu berusaha mencapai kemampuan kita untuk berjalan. Bahkan tanpa logika. Karena memang pada masa itu logika dalam diri kita belum berfungsi. Logika baru berfungsi saat ini. Saat ada banyak pertimbangan dalam mencapai target. Akhirnya rasa takut banyak bermunculan di sana. Rasa takut gagal. Takut tertimpa risiko. Dan akhirnya merasa terpuruk. Padahal pada saat kita masih kecil dan berusaha untuk belajar berjalan, kita tidak pernah berpikir tentang risiko. Kita hanya mengikuti naluri saja.
Lalu bagaimana dengan naluriku hari ini? Entahlah. Aku tahu sebenarnya apa yang aku inginkan. Namun ada saja hal yang menakutkan dari sana. Dan pikiranku lebih fokus di sana. Menghindari risiko itu tidak gampang. Meski tanpa risiko sama dengan tidak melakukan apa-apa. Bukankah setiap effort pasti ada risikonya?
Sebenarnya semua orang juga tahu bahwa risiko adalah tantangan untuk maju. Namun tidak semua bisa menerima risiko dengan baik. Di usia dewasa, orang yang tahu akan datangnya risiko akan bersiap-siap dan berusaha meminimalisirnya. Itu artinya, entah seberapa besarnya, risiko itu pasti akan datang.
Aku seperti belum melakukan apa-apa. Itu terlihat dari aku yang belum mencapai apa-apa. Sebuah pencapaian itu penting. Kata mas Zen, “pencapaian” adalah bagian dari naluri manusia. Saat kita masih bayi dan belajar berjalan, kita selalu berusaha mencapai kemampuan kita untuk berjalan. Bahkan tanpa logika. Karena memang pada masa itu logika dalam diri kita belum berfungsi. Logika baru berfungsi saat ini. Saat ada banyak pertimbangan dalam mencapai target. Akhirnya rasa takut banyak bermunculan di sana. Rasa takut gagal. Takut tertimpa risiko. Dan akhirnya merasa terpuruk. Padahal pada saat kita masih kecil dan berusaha untuk belajar berjalan, kita tidak pernah berpikir tentang risiko. Kita hanya mengikuti naluri saja.
Lalu bagaimana dengan naluriku hari ini? Entahlah. Aku tahu sebenarnya apa yang aku inginkan. Namun ada saja hal yang menakutkan dari sana. Dan pikiranku lebih fokus di sana. Menghindari risiko itu tidak gampang. Meski tanpa risiko sama dengan tidak melakukan apa-apa. Bukankah setiap effort pasti ada risikonya?
Sebenarnya semua orang juga tahu bahwa risiko adalah tantangan untuk maju. Namun tidak semua bisa menerima risiko dengan baik. Di usia dewasa, orang yang tahu akan datangnya risiko akan bersiap-siap dan berusaha meminimalisirnya. Itu artinya, entah seberapa besarnya, risiko itu pasti akan datang.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya