Melihat Diri Dari Dalam
Entah bagaimana aku harus memulainya. Ada banyak hal yang seharusnya bisa ditulis untuk saat ini. Namun kenyataannya aku tak dapat menulis sedikit pun. Pikiranku terasa mati untuk membangun sebuah paragraf. Bahkan mungkin untuk menulis sederet kalimat. Rasanya semuanya mati sia-sia. Ada banyak hal yang luput untuk aku kerjakan selama ini. Bahkan aku sampai lupa mengenai mimpiku sendiri. Atau mungkin hanya pura-pura lupa.
Sebenarnya aku harus rajin membaca dan menulis. Dengan begitu kikiranku akan terasah dan tajam dalam menganalisis banyak hal. Namun yang terjadi adalah: aku masih saja tidak responsif dalam melihat sesuatu untuk dimasukkan dalam tulisan. Sehingga tak itu menumpulkan pikiranku untuk menuangkan gagasan. Bahasa kasarnya adalah: aku masih saja mengikuti kemalasan.
Kemalasan ternyata merupakan menu utama dalam hidupku. Ada banyak hal yang sering kupikirkan namun jarang terlaksana karena kemalasanku sendiri, seperti jarang mandi, jarang cuci baju, jarang menyapu dan lain sebagainya. Sehingga dari kemalasan tersebut aku berhasil mengumpulkan banyak masalah. Masalah yang sampai saat ini masih menjadi teman terdekatku.
Ada banyak hal yang lupa untuk diselesaikan karena kemalasanku sendiri. Kini aku menjadi tidak begitu responsif terhadap banyak persoalan yang melanda diriku. Kurang peka terhadap berbagai macam persoalan yang seharusnya butuh penanganan cepat. Rasanya semua hal menjadi remeh-temeh belaka tanpa makna. Seperti hanya menjalani kesia-sian belaka selama ini. Mungkin suatu hari nanti aku akan menemukan sebuah jawaban yang panjang dari apa yang selama ini aku butuhkan. Sebuah jawaban tentang makna hidup.
Selama ini aku begitu dekat dengan masa lalu dalam hidupku yang terasa menyakitkan. Hal-hal yang terasa begitu menohok untuk dikenang, namun sulit untuk dilupakan. Sepertinya memang lebih baik untuk tidak memedulikannya ketimbang hanya menambah dendam darinya. Akan ada banyak umpatan mengenai masa lalu itu yang membuat hidup kian sesak dengan masalah.
Masalah utama dalam hidup ini adalah mengatasi diri sendiri. Saat diri sendiri sudah mampu untuk di selesaikan maka perjalanan akan lebih baik. Tujuan akan menjadi tempat yang mampu dijangkau dan ditentukan. Bukan hanya menjadi awang-awang belaka.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya