May Day Tanpa Makna

Jumat tadi aku bangun kira-kira jam setengah dua belas siang. Sebenarnya tidak pengen  bangun karena aku baru tidur sekitar jam tuju pagi. Namun karena ada teman yang sudah tampak berjuang membangunkan untuk pergi salat jumat di masjid, maka aku memutuskan untuk bangun, mandi dan kemudian pergi bersama untuk jumatan.
mayday 2014


Setalah pulang dari masjid aku baru melaksanakan kegiatan umum dalam hidupku, dan mungkin juga kegiatan banyak orang di belahan dunia ini, yakni utak-atik gadget. Baru dari situlah aku tahu kalau kemarin itu tanggal satu Mei yang diperingati sebagai hari buruh sedunia atau MAYDAY.

Kembali jari-jariku menelusui apa yang merupakan isu pokok mayday pada tahun ini, dan yang kutemukan adalah isu-isu dampak pendemi corona terhadap nasib buruh. Masih ada juga isu-isu tahun tahun lalu mengenai upah dan jaminan kesehatan. Namun secara reflek pikirannku tidak lantas mengkritisi keduanya, baik pemerintah maupun organisasi Buruh yang melakukan aksi. Juga tidak ingin mencibir aksi tahunan yang sebenarnya itu-itu aja.

Sebagai orang yang pernah bersentuhan dengan organisasi buruh aku merasa bersimpatis pada mereka yang masih mau berjuang. Di tengah kondisi yang tampak makin oportunis ini masih ada orang yang mau mencurahkan waktu tenaga dan fikirannya untuk menjalankan semangat pergerakan dan semangat kesejahteraan bagi kaum buruh. Bagiku itu merupakan sebuah amal ibadah yang tak ternilai. Semoga kawan-kawanku yang di sana selalu diberi kesehatan dan kecukupan rizki untuk tetap berjuang.

Niatku dalam membuat tulisan ini sebenarnya lebih pada soal rasa jengkel. Aku ingat dulu saat masih aktif di organasi. Aku melihat ada orang-orang yang hanya bisa berkomentar dan ngompor-ngompori tanpa dia sendiri mau ikut cawe-cawe dalam hal teknis. Bahkan untuk sekedar ikut aksi saja dia tidak berkenan. Namun setelah dua tahun aku tidak aktif lagi di pergerakan, aku melihat orang-orang itu ikut demo buruh, dan dia tampak eksis di media sosial dengan kata-kata yang dia buat sok melawan. Sedang di tahun ini aku tidak melihatnya ikut berjuang di sana, bahkan untuk ber-statement di media sosialnya pun tidak. Mungkin baginya keadaan tahun ini tidak cukup menguntungkan baginya untuk ikut tampil dan berjuang. Cukup menjengkelkan rasanya melihat orang seperti itu. Tapi aku juga tak merasa punya hak untuk menghakimi mereka.

Namun dari situ aku jadi belajar bahwa dari sebuah acara atau peristiwa besar, selalu ada orang mengupayakan dengan sungguh-sungguh. Kadang orang seperti itu tak Nampak di dalam kamera, bahkan juga tak pernah disebut namanya. Mungkin dia tampak tidak eksis secara luas, namun pasti ada sedikit jiwa yang dengan kuat mengenangnya. Bila pun masih tidak ada, biarkan tuhan yang mengenang dia dalam kasih sayangnya.

Di hari ini pun aku juga tak melakukan apa-apa. Hanya doa yang bisa kuupayakan bagi mereka yang berjuang di garis masa. Aku tak lagi bisa memberikan waktu, tenaga dan fikiranku untuk berjuang bersama kawan-kawan itu. Dalam diam aku bertanya pada diriku sendiri, “apa makna mayday hari ini untukku?” dan ternyata aku tak mampu menjawabnya.

mayday 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"