Trauma

Tak peduli seberapa keadaan berubah saat ini. Namun ingatan mengenai masa lalu tetap saja tak dapat dirubah. Semua hal yang berkaitan dengan keluarga masih saja menjadi momok yang merusak jiwa. Ketidakpercayaanku dengan keluarga yang berubah saat ini tidak mampu merubah pandangan mengenai ingatanku terhadapnya.

Entah harus sampai akapan aku bakal menemukan ketenangan hati. Sebuah rasa yang mampu membuat jiwaku ikhlas dengan apa yang telah kulewati. Namun entah bagaimana semuanya menjadi begitu rancu. Aku tidak hanya bicara atas apa yang kuderita di masa lalu, tapi juga membangun alasan untuk keadaanku saat ini. Keadaan ini membuat hatiku sulit untuk memikirkan perubahan itu. Bahkan sampai saat ini aku tak mampu membayangkan sampai kapan perasaan ini bergejolak.

Pada kahirnya aku merasa ini semua adalah perasaan trauma. Sebuah rasa yang menyakitkan di masa lalu. Yang mebuat diri menjadi cenderung pada pilihan buruk. Pilihan mengenai dendam dan rasa menderita yang tak ada gunanya. Perasaan ini sepertinya mudah untuk diatasi, Namun kelemahan diriku sendiri membuat hal ini terasa sangat sulit. Bahkan membuat hal ini menjadi urusan dendam untuk mejatuhkan mereka adalah hal bodoh yang merusak hati dan pikiran. Hingga akhir dari situasi ini adalah mengurung diri dan merasa tak berharga.

Satu hal yang baru saja kuingat dalam mengatasi hal ini. Bahwa aku lupa mencari petunjuk bagaimana mengatasinya. Rasanya aku cukup bodoh selama ini jika berfikir untuk mengatsi persoalan trauma ini tanpa tahu caranya. Bahkan saat aku tak tahu caranya pun aku masih tidak berusaha mencari petunjuk untuk mengatasinya. Mungkin kebodohan ini terjadi karena aku tak cukup memiliki kualitas spiritual yang baik selama ini. Aku masih saja hanya menjadi bagian dari keadaan tanpa tujuan. dan secara eksistensial sebenarnya “aku tidak ada”.


Komentar