Dari Hati


Mencari sesuatu untuk dituliskan dan juga dibicarakan cukup sulit akhir-akhir ini. Ada banyak hal yang saya kira bakal menjadi tulisan atau ocehan yang cukup bagus, namun ternyata banyak terjadi macet di tengah jalan cerita. Pada akhirnya saya sadar bahwa selama ini saya melakukan itu dengan terlalu banyak hasrat. Sedang niat baik dari hati cukup jarang diperhatikan dalam melakukan hal itu. Mungkin karena memang diri ini cukup kemaruk untuk mendapatkan penghargaan dari orang. Sedang diri ini tidak banyak melakukan sesuatu yang cukup berarti. Dari situlah ada kesaran pada diri bahwa selama ini diri ini tidak banyak melakukan itu semua dari hati.

Upaya untuk menulis dan berbicara dari hati itu baru muncul kemarin dan terasa ingin dituliskan saat ini. Firasat ini mengatakan kalau apa yang kita bicarakan dan kita tuliskan itu dari hati, maka akan terasa tidak ada tekanan baik setelah dan juga sebelumnya. Berusaha untuk melakukan sesuatu dari hati itu juga membuat diri ini banyak berhitung akhir-akhir ini. Sudah berapa persenkah yang kita lakukan itu berawal dari hati? Atau semua itu hanya pantas-pantas dan juga bergaya belaka. Saat pikiran menganggap gaya dan pantas-pantas itu tidak perlu, maka hal itu juga tidak akan dilakukan. Atau mungkin apa yang terkatakan selama ini memang sudah dari hati, namun karena hati ini tidak terkontrol dan cukup kotor, maka yang keluar juga menjadi tampak dan terasa kotor.

Mungkin memang ada banyak hal yang dibutuhkan lebih karena kebutuhan. Seperti makan, mandi dan uang air besar. Namun apakah hal-hal seperti membersihkan lingkungan, berangkat tidur, dan juga komunikasi diri dengan orang lain itu merupakan sesuatu yang dari hati? Sepertinya masih jauh dari kualitas itu. Entah bagaimana cara memulainya. Memulai sesuatu dari otentisitas kehendak hati. Namun yang pasti hati ini harus tetap fokus dan sadar. Karena dengan begitu semua tidak akan hanya berjalan lewat sepontanitas diri belaka yang pada akhirnya menimbulkan penyesalan. Kesadaran hati mesti ditunjang dengan keberserahan terhadap penjaga dan pencipta hati itu sendiri. Kongkritnya, diri ini musti banyak berdzikir untuk menggantungkan hati pada sang pencipta hati tersebut. Agar hati ini dapat terjaga kemurniannya.
Menjaga hati memang sulit, namun bila sudah terbiasa melakukannya, diri ini mengira akan ada banyak manfaat baik secara lahir dan juga batin darinya. Sebagaimana apa yang ada dalam lirik lagu SNADA.

Bila hati kian bersih, pikiran pun akan jernih
Semangat hidup nan gigih, prestasi mudah diraih
Tapi bila hati keruh, batin selalu gemuruh
Seakan dikejar musuh, dengan allah kian jauh

Ungkapan ini serasa sebagai rima yang lugas dan sederhana. Namun rasanya bakal sangat sulit untuk dipraktekkan. Apalagi untuk sekelas remah-remah seperti diri ini. Namun ada rasa syukur karena diri ini masih deiberikan petunjuk untuk itu. Sehingga dapat mengkondisikan diri pada niat kesana. Dengan niat itu setidaknya adalah langkah awal dalam memulai segala sesuatunya dari hati.

Sebenarnya omongan untuk “memulai segala sesuatunya dari hati” itu sudah ada sejak lama. Namun memang tidak semua orang menangkap itu dengan jeli dan mampu mengaplikasikannya. Mengaplikasikannya pun sangat tidak mudah. Butuh banyak tirakat dan usaha menahan diri dari segala sesuatu yang sebenarnya manusiawi dan tidak masalah. Namun diri ini harus menahan untuk melakukan itu secara sadar. 

Baiklah. Mungkin ini pelajaran awal dalam membuat kreasi yang baik dan tanpa tekanan.

Komentar