Konflik Material

Ketika satu orang membencimu karena kebodohannya, itu hal yang biasa. Namun ketika dia mengajak satu orang bodoh lainnya untuk membencimu, itu terasa menjadi masalah. Yang lebih parah ialah, ketika mereka menggunakan kekuasaannya dalam rangka membencimu, yang itu juga mempengaruhi ruang gerakmu, hal itu tampak menjadikan masalah yang mengganggu.

Tapi mau bagaimana lagi? Hal ini lebih terasa persoalan kelas bawah. Tidak pantas orang sepertimu mengurusi masalah anak-anak seperti ini. Lebih baik untuk mengalihkan diri pada persoalan yang lebih penting. 

Tapi yang namanya masalah memang harus diselesaikan. Bila tidak bisa diselesaikan dengan cara komunikasi, maka diselesaikan saja dalam diri sendiri. Persoalan utamanya mungkin dalam diri kita ini terlalu ingin untuk dianggap. Memang hal ini terasa naif jika tidak diakui, namun alangkah lebih baiknya bercermin saja dulu sebelum meminta untuk dianggap.

Siapakah diri ini? Apakah aku merasa lebih baik dari orang yang itu atau. Jawabannya sebagai berikut :
Rasanya iya, bahwa aku merasa lebih baik darinya. Namun setelah kulihat dari sisi lain ternyata juga tidak terlalu, atau malah tidak lebih baik sama sekali. 
Dia yang kurasa kurang dewasa itu juga tidak memiliki masa lalu sekelam diriku. Dia tidak pernah melakukan dosa-dosa yang pernah aku lakukan. Begitulah rasanya ketika aku sering melihat diriku sendiri. Sepintas kadang tampak istimewa, tapi sebenarnya Cuma remah-remah.
Jawaban seperti ini serasa membuatku bersyukur. Bahwa saat kita terlalu fokus melihat orang lain, malah akan membikin lupa diri. Apalagi ketika tidak mau jujur dengan diri sendiri. Sadar bahwa banyak orang yang tampaknya berdiri tegak dan berkuasa, tapi sebenarnya dia hanya lari dari penderitaan yang tak dapat dia hadapi. Akankah aku juga akan menjadi seperti itu? Semoga tidak.

Lalu bagaimana aku harus memperbaiki masalah seperti ini?

Biarkan saja orang berkonflik dengan kebodhan dan keangkuhannya. Karen Kamu juga tidak punya kuasa untuk mengubah sifat orang itu. Sadarlah bahwa keangkuhan dan kebodohan hanya akan menjadi menuju pada kehancurannya sendiri.
Bahkan saat kamu bersaha berdamai dengan mereka, yang berarti kau harus merendahkan dirimu, tidak menjamin adanya ketenangan. Padahal ketenangan tidak pernah memihak, ketenangan tidak hadir pada jiwa yang sempit dan egois. Ketenangan hadir pada mereka yang berjiwa lapang.
Maka berdamailah dengan semesta. Berdamailah dengan Tuhan. Perbaiki hubunganmu dengannya. Anggap itu sebagai pekerjaan utama. Karena yang lain dari itu hanya persoalan material belaka.
Memang perasaan ingin dianggap antara manusia adalah naluriah. Namun tidak berarti yang kita hanya cukup dengan itu semua. Toh, bila itu tidak tercapai, kita tidak akan terlalu kecewa. Sebab kita tidak terlalu mengharapkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"