Merawat Motor(Teman)



Merawat motor adalah pekerjaan lumrah banyak orang di negara ini. Negara yang begitu besar jumlah penduduknya, dan kebanyakan dari mereka adalah pengendara motor. Namun tidak semua orang benar-benar bisa mengerti bagaimana merawat kuda besi tunggangannya. Sebagian besar dari mereka hanya terbiasa memakai dan menyerahkan kesehatan motornya pada bengkel. Ibarat jaman dulu mungkin orang itu tidak begitu peduli dengan kesehatan kudanya, mereka baru mengobatkannya ke dokter hewan saat kuda yang dinaikinya sakit dan tak nyaman dipakai.

Diantara orang yang tidak begitu peduli dengan kesehatan motor seperti itu ialah diriku. Aku baru bisa mengendarai motor saat SMA dan itu pun tidak setiap hari waktu itu. Hanya pada saat libur di pondok. Waktu awal kuliah di Jogja pun aku juga belum membawa motor. Baru setelah semester lima, menjelang KKN aku diberi izin untuk membawa motor. Dengan hampir tak ada pengalaman untuk menangani masalah mesin dan sparepart kendaraan roda dua itu. Mungkin hanya saban bulan nyervis dan menganti kampas rem.

Setelah cukup lama membawa motor di joga, rasanya motor sudah tidak seperti saat awal dibawa. Seperti tarikannya yang terasa berat dan suara berisik saat dinaiki. Juga sudah mulai ada kerusakan bagian-bagian luar. Mulai dari totok yang pecah, rante yang terlalu kotor dan lain-lain. Semua masalah itu terjadi oleh sebab yang kompleks. Terutama karena aku sendiri yang kurang peduli dengan kesehatannya. Juga teman yang kurang bertanggungjawab saat meminjam.

Masalah terakhir yang ku lakukan adalah, motor itu sudah sembilan bulan lamanya tidak terpakai. Tertinggal sendiri di dalam kost. Aku bersyukur saat mengambilnya kemarin, mesinnya masih bisa menyala. Kenyataan itu memberitahukan padaku bahwa masih ada harapan di antara kita. Hanya saja ada banyak masalah yang aku belum bisa menyelesaikannya sekaligus. Harus dicicil satu per satu agar tampak normal kembali. Saat ini aku men-sevis-nya dengan tidak berharap banyak komponen untuk diganti. Mungkin kekurangannya akan di cicil kalau sudah ada dana. Aku merasa motor ini bakal turun mesin untuk yang kedua kalinya. Haduuuhhh

Bertahun-tahun berjalan bersamaku, aku merasa motor ini memang diberikan padaku. Perasaan itu membuat merada harus merawat motor ini dengan baik. Menghargai mereka yang sudah memberikannya dan juga menjaga kenangan perjalananku bersamanya. Aku pernah susah, bodoh, gila dan juga patah hati bersamanya. Motor ini serasa temanku. Tidak, dia memang adalah temanku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"