Parallelisme

Malam ini berjalan seperti malam biasanya. Tidak begitu dingin, tapi cukup nyaman jika memakai selimut. Tapi tak ada gunanya juga memakai selimut kalau tak bisa tidur. Suara jangkrik terdengar cukup ramai diluar sana. Sedang di dalam kamarku aku menyalakan musik Mahe Zain. Entah kenapa aku memilih play list ini? Jawabannya mungkin berada di antara rindu dan sepinya hati. Jika hal ini dijelaskan maka akan seperti benang kusut berjalin-jalin, alias ruwet.

Namun jika bisa diurai satu saja dari sekian keruwetan itu adalah, aku selalu mengulang-ulang pertanyaan yang sama. Sebuah pertanyaan yang sudah kujawab dan kujalani dari dulu. Tentang niatku berada di tempat ini. Juga tentang ingatanku mengenali dosa yang kusesali. Mustinya hal itu tak lagi kupertanyakan. Seharusnya aku langsung saja menjalankannya apa yang semestinya dijalankan hari ini.

Bahkan saat memebuat tulisan ini aku mendengar lagu Maher Zain yang berjudul Insyaallah dalam versi bahasa Inggris. Aku diam sejenak ketika mendengar lirik tengahnya, dan dari situ ada rasa diyakinkan olehnya lagu itu bahwa tuhan masih dalam hatiku.


Every time
You commit one more mistake
You feel you can't repent and that it's way too late
You're so confused
Wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full shame
But don't despair
And never lose hope
'Cause Allah is always by your side

Terjemahan
Setiap saat
Anda melakukan satu kesalahan lagi
Anda merasa tidak bisa bertobat dan sudah terlambat
Kamu sangat bingung
Keputusan salah yang telah Anda buat
Menghantui pikiranmu dan hatimu penuh rasa malu
Tapi jangan putus asa
Dan jangan pernah kehilangan harapan
Karena Allah selalu di sisimu

Lagu ini begitu mewakili nasihat dari perasaanku saat ini. Aku bahkan tak berencana mendengar lagu ini pada awalnya. Yang aku tahu, aku hanya tergerak untuk memutar lagu Maher Zain dan yang kupikirkan waktu itu adalah lagunya yang lain. Tapi lagu legendaris inilah yang pada akhirnya menyentuhku.

Bisa jadi ini adalah petunjuk alam. Sebuah parallelisme yang dihadirkan oleh semesta. Sebab semesta tak memiliki rumus yang kebetulan. Semua terkendali dan terukur olehnya. Sebuah pola dan tatanan yang berjalan diatas logika dan kemampuan motorik kita. Atau bahkan motorik kita ini juga diatur olehnya.

Ah, sudahlah. Pasti akan panjang dan Milet lagi jika membicarakan soal ini.

Terimakasih Maher Zain atas lagunya.
Terimakasih semesta, atas parallelisme yang kau berikan

Komentar