Pribadi Yang Payah

Mungkin ini sebuah ejekan yang umum. Saat ada banyak orang yang ngomong besar, tinggi dan panjang lebar namun ternyata dia tidak melakukan apa-apa. Atau ketika ada orang yang fasih memberi nasehat atau saran kepada orang lain atas hidupnya. Sedang dalam hidupnya sendiri orang itu tidak seperti apa yang dikatakanya. Kelakuan seperti ini biasanya terdapat pada orang yang tidak benar-benar pintar, tapi juga tidak bisa dibilang bodoh. Karena orang yang benar-benar pintar lebih bisa menempatkan diri dengan apa yang dikatakannya, dan orang yang merasa dirinya bodoh akan cenderung untuk percaya pada siapa yang dianggapnya pintar.

Ya. Kelakuan seperti ini terdapat pada orang yang nanggung. Mulai dari kecerdasan yang nanggung. Semangat belajar yang nanggung. Serta keseriusan dalam membuat keputusan yang tidak bisa konsisten. Orang yang berkepribadian seperti ini tidak akan menjadi apa-apa. Dia hanya akan menjadi remah-remah yang mengisi keadaan. Dia tidak akan dianggap penting. Ada dan tidak adanya dia akan terasanya biasa saja. Atau bahkan dia dianggap tiada meskipun ada, dan itu akan sangat menyedihkan jika terjadi padaku.

Pada kenyataannya hal itu sudah sering terjadi padaku. Semua hal ini terjadi karena karakterku yang kurang serius dan minder dalam banyak hal. Aku tidak cukup memiliki keteguhan hati untuk membawa diriku layak pada hal tertentu. Secara pribadi aku tidak mau untuk terus berada “di bawah”, namun aku tidak cukup kompeten untuk memantaskan diri berada di posisi yang penting.

Aku sadar bahwa karakter adalah penentu segalanya. Akan jadi apa dirimu? Posisi apa yang akan kamu dapatkan? Semua itu terletak dari bagaimana kamu menentukan karaktermu. Karakter orang sukses selalu bertanggung jawab, dan konsisten dengan tanggung jawab yang ada padanya. Orang yang berkarakter atau berkepribadian sukses sigap dalam menghadapi kegagalan, serta kuat dalam mengatasi halangan yang harus dia selesaikan.

Seharusnya aku tidak lagi memberatkan  diri pada nasib baik atau buruk dalam hidupku. Juga tidak perlu menghabiskan waktu untuk dendam dan juga kepribadian yang dihasilkan dari kejadian di masa lalu. Terutama dalam hal keluarga. Hal itu memang penting, tapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana memutus rantai kebodohan itu melalui diriku. Maka yang harus dilakukan adalah membangun karakter baru yang tidak berdasar pada hasil didikan di masa itu. Karena bila karakter yang seperti tidak kunjung diubah, maka tidak akan ada yang berubah dalam hidupku.

Jika ingin memperbaiki hidupmu, maka perbaikilah karaktermu.

Selama ini aku tidak fokus dalam sebuah hal. Aku memang bersemangat dalam sesuatu yang kusukai. Aku juga berusaha untuk fokus. Namun sayangnya aku mencoba fokus untuk banyak hal. Aku lupa bahwa, berusaha fokus dengan banyak hal hanya akan membuat diri menjadi cepat lelah dan akhirnya menyerah. Baik itu menyerah dengan pengakuan, atau diam-diam menyerah tanpa mau mengakui. Pada akhirnya semua fokus itu akan ditinggalkan. Begitulah yang pasti terjadi.

Aku terlalu banyak diceramahi tentang ini itu sejak kecil. Pada saat ini aku tahu bahwa mengatakan sesuatu yang ideal dalam keadaan yang tidak ideal itu tidak berguna. Orang yang menceramahiku juga berprilaku tidak seperti yang mereka katakan. Mereka memberikan contoh buruk yang jelas kusaksikan. Hingga pada akhirnya aku berprilaku seperti mereka, dan aku tidak begitu merasa bersalah jika harus dibandingkan dengan mereka.

Saat ini aku tengah jauh dari mereka, dan aku terbelenggu oleh kepribadianku sendiri. Aku tidak memiliki kemajuan. Aku masih belum  mandiri dan tidak bisa diandalkan. Aku bingung harus mulai dari mana dan harus ke mana dalam memperbaiki keadaan hidupku. Semakin umurku bertambah, masalah dalam hidupku jelas semakin menumpuk. Entah itu masalah yang terlihat atau yang tak terlihat. Mungkin inilah saat ini yang menurutku layak untuk diubah. Yakni masalah karakter. Aku harus mengubah karakter.

Mengubah karakter di umur yang segini mungkin sama dengan mengukir di atas air. Mudah untuk di ungkapkan, tapi tidak bertahan lama. Saat ini bukanlah masa sekolah yang penuh aturan dan tekanan. Seharusnya hari ini adalah masa di mana harus hari penempaan diri itu diraih. Kini aku harus memulai menempa diri untuk membentuk karakter itu dari awal, dan aku setengah tidak percaya bahwa aku bisa melakukannya.

Bahkan untuk masalah bangun pagi saja aku tidak bisa tertib. Memaksa diri untuk langsung bangun setelah tidur membutuhkan kekuatan besar. Aku semoga aku tidak ragu untuk berupaya menjadi pribadi baru. Saat ini fokusku hanyalah mengenai ini. Anasir-anasir mengenai kepribadian yang buruk harus langsung disingkirkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"