Selingkuh

Akhir-akhir ini aku cukup suka untuk mengoleksi buku karya Paulo Coelho. Seorang penulis Brazil yang karyanya cukup terkenal di dunia. Pada awalnya aku tidak begitu tertarik dengan tulisan orang ini. ketidaktertarikan itu dimulai saat aku membaca sedikit mengenai bukunya yang berjudul “Sebelas Menit”. Sebuah buku yang membahas seks sebagai menu utamanya. Membaca buku itu sekilas membuat aku berkesimpulan bahwa orang ini adalah penulis untuk kalangan remaja pada umumnya. Kemungkinan sama juga modelnya seperti para penulis luar negeri yang membahas mengenai konspirasi.



Namun aku mulai membuka diri untuk membaca karyanya saat Almarhum Pak Prie. GS banyak menceritakan Paulo Coelho, baik dalam tulisannya maupun dalam monolognya di media sosial. Pada akhirnya aku merasa orang itu cukup penting, sebab dia berpengaruh untuk orang yang kuidolakan baik itu tulisannya maupun personifikasinya. Dari sinilah aku mulai mencari buku-buku Paulo Coelho.

Aku mulai dengan membaca karya master piece-nya yakni Sang Alchemist, lalu aku langsung menganggap buku itu luar biasa. Pengalaman membaca Sang Alchemist membuatku merasa dihipnotis dengan ungkapan sastra dan juga motivasi. Aku bisa mengerti bahwa buku itu mampu mempengaruhi banyak orang, bahkan beberapa orang penting di dunia. Sebab aku bisa merasakan atmosfir dalam buku itu. Kekaguman itu kemudian kulanjutkan dengan membaca bukunya yang cukup penting yang berjudul Ziarah, kemudian dilanjutkan Brida, dan juga buku-bukunya yang lain baik itu berupa novel, kumpulan esai, serta tentang catatan kuno.

Kemarin aku memutuskan untuk membaca bukunya yang cukup terbaru yang berjudul  Selingkuh dalam bahasa Indonesia. Buku ini banyak membahas mengenai psikologi manusia, baik dalam kesendirianya maupun dalam kehidupan berumah tangga. Buku ini berlatar di Swiss, dan banyak menceritakan keadaan politik, sosial, dan juga budaya di negeri yang terkenal dengan pembuatan jam itu. Sisi ini membuat buku ini menjadi menarik menurutku. Selain dari bahasan mengenai perselingkuhan yang memiliki hubungan tersendiri dengan diriku.

Aku tidak ingin bercerita mengani perjalanan yang ada di dalam buku ini. Aku lebih ingin bercerita mengenai perasaanku terhadap apa yang diceritakan. Bagiku perselingkuhan adalah jalan menuju kiamat dalam rumah tangga.

Apa pun alasan psikologisnya, perselingkuhan  tidak pernah bisa dibenarkan.

Sebab cinta-kasih tak bisa dijadikan alasan untuk melanggar aturan. Aku pernah terlalu jauh melanggar aturan. Pada akhirnya rasa penyesalannya mengendap jauh dan melemahkan segalanya. Pada akhirnya pun aku tahu kalau penyesalan tidak bisa mengubah keadaan. Bagaimana pun dampaknya kejadian itu pada diriku saat ini, akan tetap kuterima hal itu sebagai titik hitam dalam hidupku. Aku berharap tidak akan menjadi seorang pengkhianat dalam moment kehidupan berikutnya.

Saat seseorang memutuskan untuk berkhianat, secara tidak langsung dia juga memutuskan untuk mengakhiri segalanya.

Rasa kesepian dan juga perasaan hambar adalah tirakat yang harus sama-sama dihadapi oleh tiap manusia. Sebab manusia memang selalu lemah di hadapan rutinitas. Seberapa menariknya keadaan ia akan terasa membosankan jika dilakukan setiap hari. Apalagi jika tanpa dimaknai.

Untuk menemukan diri kita yang sebenarnya kita tidak harus kehilangan atau meninggalkanya. Sebab saat kita kehilangannya dengan melakukan pengkhianatan, maka kita tidak akan kembali dengan diri kita dengan sempurna. Kita akan kembali pada diri kita sembari membawa warna yang kita lalui saat menjadi penkhianat. Setelah itu kita akan dihantui oleh penyesalan selama kita hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"