Uang

Aku butuh uang. Semua orang butuh uang. Entah kenapa kita semua butuh uang. Semua pengetahuan kita adalah tentang bagaimana cara mendapatkan uang. Semua hal yang kita pelajari tentang nilai dan juga harga bermuara pada uang. Uang adalah segalanya. Segalanya butuh uang. Untuk makan kita butuh uang. Untuk pakaian kita beli dengan uang. Biaya masuk sekolah juga dengan uang. Sebelum menikah kita harus mengumpulkan uang. Membangun keluarga dan juga membesarkan anak juga dengan uang. Saat berobat di rumah sakit juga membayar dengan uang. Tidak ada yang lebih penting kecuali uang. Bahkan saat ini aku meninggalkan jadwalku untuk nderes hanya untuk menulis mengenai uang.

Uang mewakili semua keinginan dalam hidupku. Uang membutakanku dari cinta dan juga Tuhan. Uang membius diriku untuk tidak mempedulikan kebaikan dan keburukan. Uang adalah belenggu. Uang adalah kehampaan. Sebab tak adalah lain yang kubutuhkan kecuali uang. Jika tak ada uang, akan ada banyak hal yang bermasalah. Masalah di keluargaku terjadi karena uang. Masalah di negara juga soal uang, perang yang ada di dunia saat ini adalah tentang perebutan uang.

Orang mengemis meminta uang. Orang bekerja untuk mendapatkan uang. Orang merampak demi uang. Orang korupsi dalam rangka mengumpulkan uang.

Apa jadinya jika dalam hidup ini tidak ada uang? Pastinya tak ada jual beli, yang ada adalah pertukaran. Tidak ada bank. Tak ada pabrik. Tak ada pasar modal. Semuanya hal yang ada bukan lagi soal uang. Fokus manusia, negara dan dunia bukan lagi soal uang. Uang tidak menjadi semangat zaman. Uang menjadi hal yang tak pernah terpikirkan oleh manusia. Kertas dan logam hanyalah benda bagi manusia, bukan nilai. Jika suatu hari memang benar-benar tidak ada uang, maka aku yakin juga tidak ada “nilai”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"