Sungguh

Sungguh
Aku merindukanmu
Sungguh
Tak ada yang lain selain dirimu
Sungguh
Adam dan hawa tercipta untuk bersama

Tak perlu banyak rima yang rumit untuk membuat sajak. Hanya butuh bicara apa adanya. Asalkan semua bisa dijiwai, tak ada kejujuran yang sia-sia. Sepertinya suara jangkrik malam ini, yang tak pernah sekalipun berubah jadi suara kodok. mendengar suaranya yang "krik-krik-krik" itu, aku tak ragu bahwa itu jangkrik. Dia bukan kodok yang meniru suara jangkrik. Kodok pun juga begitu.

Begitu Jujurnya mereka dengan dirinya. Tak ingin menjadi makhluk lain, dan tak ingin menguasai dunia. Mereka jauh dari perasaan berharga, atau tak berharga. Mereka melampaui itu semua. Alam semesta adalah ruang absolut, sedang merka adalah parsial yang teguh dan sungguh-sungguh.

Malam ini aku ingin berdoa agar aku ditakdirkan yang terbaik oleh Tuhan. Aku tak mau memaksakan apa yang kuinginkan, meski itu bisa kulakukan. Sebab jika aku memaksa, Tuhan bisa saja mengizinkan. Tapi ia takkan meridhoi. Aku akan jauh darinya, dan menjadi hampa. Aku tak mau lagi menjadi hampa karena banyak memaksa. Aku tak mau jauh dari kasih-sayangnya.

Kemarin aku berusaha sebagai hamba, dan berdoa dengan penuh harap. Namun pada akhirnya keduanya serasa tak berharga. Usahaku bisa dikatakan "bertepuk sebelah tangan". Sedangkan doaku tak benar-benar sungguh pada akhirnya. Doa yang tidak khusu. Doa yang penuh dengan kemunafikan dan kekufuran. Doa yang bahkan tak pantas untuk meminta satu hembusan nafas. Tapi hanya padanya lah sepatutnya aku berdoa.

Nyatanya sampai saat ini aku masih diizinkan bernafas. Masih bisa merasa sedikit jujur dengan diri sendiri. Itu artinya Tuhan masih mengasihi ku. Kasih-sayang tulus yang bahkan belum bisa kupraktekan pada hal paling kecil dalam hidup ini.

Maafkan aku
Maafkan aku
Sungguh Maafkan aku...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"