Merapikan Diri

Sesaat terpikirkan olehku untuk membuat proyek -pribadi- tulisan baru, selain dari pada yang sudah aku buat kemarin. Sebab proyek kemarin terasa macet. Ada banyak kritik atas tulisan itu, baik dari temanku maupun dari diriku sendiri. Namun aku sebagai penulisnya belum dapat mengubahnya. Jika aku lanjutkan dengan pikiran seadanya, maka hasilnya akan tambah berantakan.

Kukira lebih baik aku membuat proyek lain untuk mengisi kebuntuan pikirku. Mungkin hal itu juga bisa merefresh otak. Seperti menulis review buku yang sudah ku baca. Atau membuat cerpen dan prosa yang lain. 

Di dalam flashdisk ku ternyata ada banyak tulisan lepas. Tidak tertata dan tak jelas pengelompokannya. Aku menjadi bingung dengan diriku sendiri. Apakah selama ini aku menulis, atau hanya sebatas berceloteh. Ketidakteraturan ini pastinya bersumber dari banyak hal yang menjadi kebiasaan ku.

Aku mulai merasa kalau ternyata hidupku tidak begitu rapi. Dengan kata lain, sampai saat ini aku masih tidak becus dalam menata diriku sendiri. Dimulai dari penampilanku yang sering acak-acakan, jarang mandi, sampai pada kebersihan pakaian dan ruang kerja. Dengan itu semua aku menjadi sangat santai dalam menata file kerja di laptopku. Hingga aku sendiri juga menjadi tidak begitu rapi dalam menulis.

Persoalan itu sebenarnya sudah aku sadari, tapi tak pernah bisa aku ubah. Selalu saja menghasilkan tulisan dengan kualitas yang sama, tetap jelek. Dari sini aku berniat untuk merapikan file dalam komputer. Kiranya hal itu bisa membuatku bekerja lebih baik, termasuk juga dalam mengerjakan proyek pribadiku.

Aku tidak bisa menganggap ini hal sepele. Ini hal yang harus ditlateni setiap saat, bahkan seumur hidup. Kalau hal seperti tidak diubah, maka aku sendiri juga tidak akan sukses. Kerapian ternyata bukan hanya soal memamerkan diri kepada orang lain. Tapi juga soal menghargai diri sendiri.

Dalam banyak hal, aku merasa lebih cocok jika diriku tidak rapi, dan hidupku tidak teratur. Tapi nyatanya hal itu banyak merugikan diriku sendiri. Secara pribadi aku merasa telah kehilangan banyak waktu, dan juga kesempatan. Dua hal yang akan disesali banyak orang. Semoga diriku bisa menjauh dari penyesalan itu.

Aneka kesalahan dan kelalaian yang sudah kulewati seharusnya mampu mengajariku. Sayangnya aku masih saja abai dalam merenungkannya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"