Satukanlah Hati Yang Setia

Sendiri mendengarkan Poppy Mercury. Sendu rasanya perasaan ini. Seperti kembali pada masa kanak-kanak. Juga diwakilinya perasaan oleh lirik lagu itu.

Sedikit mendamaikan hati yang terkoyak sepi. Suara jangkrik tak henti-hentinya menghiasi malam. Menambah nuansa sunyi, dan semakin sendu. Berbarengan dengan suara tadarus Al Qur'an dari mushola.

Entah sudah berapa batang rokok yang kuhabiskan, sambil membawa pikiran mengawang. Untung saja ada teman yang datang sambil membawakan segelas kopi. Sedikit terasa mengganggu kesendirian ku, tapi juga terasa ada teman berbagi energi.

"Kok ngelamun terus to mas?" Sapanya.
Aku tersenyum, bingung ingin menanggapinya bagaimana. Aku pasrah saja dengan apa yang akan selanjutnya dia katakan.

"Gak pulang mas?" Pada akhirnya dia menentukan topik lain. Persis seperti perkiraanku. Bahkan jika dia tidak lekas memulai, aku yang ada bertanya seperti ini padanya. Meski sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan jawabannya.

"Aku sudah memutuskan untuk lebaran di sini mas. La sampean gimana? Lebaran di sini juga".

"Iya mas, sekalian nanti mau ada urusan pas lebaran. Mau berangkat dari sini."

"Wah. Bisnis apa ini?," Aku coba memancing dia bicara.

"Nggak. Mau ketemu sama suaminya mantanku. Aku pengen ngobrol naknik-nanik sama dia".

"Buat apa mas? Nanti sama-sama gak penak suasananya." Aku malah jadi penasaran. Kupikir, nimbrung masalah perasaan orang lain lebih enak, dari pada mikirin soal perasaan sendiri yang juga tidak baik-baik saja. "Aq sudah pacaran sama mantanku selama delapan tahun mas. Tapi pada akhirnya aku harus memilih untuk meninggalkan dia. Sebab aku harus memilih salah satu, antara studi atau menikah. Aku memilih meneruskan sekolah, dan dia menikah dengan orang lain".

"Aku gak menyalahkan dia karena gak mau menunggu. Sebab ada tekanan juga dari keluarga, untuk segera menikah. Pada akhirnya ya sama-sama sadar kalau harus pisah. Meski mungkin sama-sama belum bisa menerima." Aku mendengar sambil tersenyum geli. Dalam hati aku berkata, "kok ngene eram to critane".

"Aku ngobrol lama sama dia lewat telepon. Kita sepakat untuk pisah, dan setelah itu ku hapus nomornya." Dia berhenti untuk menyalakan kembang rokoknya.

"Pengenku cuma ketemu sama suaminya. Ngobrol baik-baik, sambil menguatkan hati menerima kenyataan. Aku percaya dia bahagia sama suaminya sekarang."

"Mungkin saja aku bisa sedikit sharing tentang pengalaman dengan karakternya. Walaupun tidak bisa bersama, tapi bisa melihat dia bahagia, kan itu juga termasuk cinta mas. Bahkan menurutku, cinta yang seperti itu terasa murni dan tulus". Aku tersenyum lagi untuk menanggapi ceritanya. Tidak menyangka kalau aku malah jadi tempat cerita cintanya.

"La selama delapan tahun dulu, gak pernah ada orang ketiga gitu mas?" Keputusan bertanya agar dia mau bicara lagi.

"Ada. Dari pihakku. Tapi itu rahasia yang dia gak tahu. Sekali itu, dan aku gak mau mengulangi lagi. Kalau dia, setahuku malah sering cerita, saat ini sedang di bribik orang ini, dan aku mendengar sambil tak senyumin aja. Dia orangnya setia sama pasangan mas, bahkan lebih setia dari aku". Dia mengakhiri omongannya sambil tersenyum sendiri.

Tuhanku
Satukanlah hati, yang setia

Bait terakhir lagu Poppy Mercury itu menambahkan syahdu akhir ceritanya soal mantan.

Komentar