Hati Yang Menerima

Pada saat aku memutuskan untuk tidur, selalu ada yang membuat pikiranku melayang. Mataku jadi sulit terpejam. Aku terjaga dan melamun tak terkendali. Hingga aku menyimpulkan kalau 'melamun adalah jalan hidupku'. Semacam media sosial dalam memenuhi kekosongan hati.

Setiap orang memiliki media sosialnya untuk mengekspresikan diri. Juga untuk mengalihkan diri dari penatnya ruang nyata. Mungkin juga untuk menyampaikan pesan pada orang-orang tertentu. Media sosial menghubungkan kita pada banyak hal, kecuali pada diri kita sendiri.

Media sosial memang menjadi bagian dari hidup kita. Tapi kita tidak hidup olehnya. Kita hidup oleh hati dan pikiran kita sendiri. Tak ada gunanya ramai di media sosial kalau hati kita kosong. Hati yang kosong melemahkan segalanya.

Aku berharap hatiku dipenuhi rasa penerimaan pada semua hal yang datang. Sebab rasa itu penting. Dalam hubungan sosial tidak hanya soal saling cinta, tapi juga hati yang menerima. Semakin luas penerimaan itu, maka akan lebih damai, dan itulah ujung dari apa yang kita upayakan bersama. Sebuah kedamaian.

Ah, aku terlalu banyak berharap. Mungkin sebaiknya aku mulai bekerja. Mengerjakan sesuatu yang kuanggap sebagai "kerja". Walaupun bagi orang lain itu bukan kerja. Akulah yang menilai diriku dari apa yang kukerjakan, bukan mereka.

Komentar