Mencatat sesuatu yang bisa kunikmati

Sudah berhari-hari aku berkeinginan untuk menulis, tapi tidak ada pikiran yang kuat untuk menuliskan sesuatu. Bahkan proyek pribadiku pun tak terpegang. Barangkali ada yang tidak tenang dalam diriku. Mungkin ada banyak hal yang tak bisa kudamaikan pada saat ini. Sehingga aku tak mampu merangkai kata-kata untuk diriku sendiri.


Ditambah dengan kondisi badan yang kurang fit belakangan ini. Radang tenggorokan yang sukar untuk sembuh. Dalam usaha menembus kejumudan, aku berkunjung ke ruang yang berbeda. Hingga entah disengaja atau tidak, ada orang yang tiba-tiba memuji tulisanku. Dia suka dengan cerita yang kutulis untuk sebuah website.


Pujian itu pun semakin mendorongku untuk menulis, meski sampai saat ini aku tak tahu harus menceritakan apa? Mencatatkan apa? Dan mengungkapkan makna yang bagaimana? Pada akhirnya yang kutulis hanyalah deretan kalimat ini. Walau tak jelas mengarah kemana? Tapi aku cukup lebih ringan dengan melakukannya.


Mungkin sebaiknya aku kerucutkan saja catatanku pada satu persoalan.


Catatan


Saat aku berkesimpulan tidak sempat menulis, pikiran yang lain berpendapat, "menulis bukan prioritas". Sepertinya anggapan itu lebih benar ketimbang kesimpulan pribadiku sendiri. Bila harus disederhanakan, menulis hanyalah soal mencatatkan sesuatu. Penting atau tidaknya itu relatif, seberapa berguna, dan apakah tulisan itu menarik? Itu soal yang lain. Cara paling mudah mengembangkan diri adalah, menekuni sesuatu yang kita sukai. Sesuatu yang kita pun juga bisa menikmati hasilnya.


Sebab ada banyak hal yang membuat kita merasa tertipu. Atau paling tidak, menjadi bahan dari suatu bisnis. Sebagaimana bandar narkoba tidak menguntungkan narkoba secara aktif. Mereka hanya tahu produknya, dan akan sangat untung bila menjualnya. Hal seperti ini pun terjadi pada banyak komoditas yang legal.


Orang yang menawarkan produknya yang dia nikmati itu seperti, barista, atau chef, atau pelukis. Secara umum, mereka adalah sosok seniman. Aku tidak akan menganggap diri seniman. Aku hanya ingin membuat sesuatu yang aku sendiri menikmatinya. Ini seakan mudah dan menyenangkan, tapi jelas tidak. Belajar tidak mengharapkan sesuatu yang sebenarnya tidak dimiliki itu tidak mudah. Termasuk tidak hanyut dalam pujian seseorang. Sebab bila aku hanya melakukan ini karena dipuji, sudah sejak dulu aku berhenti.


Tidak bisa dipungkiri kalau diri ingin populer, namun menjaga hati agar tidak mengharapkannya juga harus dilakukan. Sebab memang bukan tempatnya. Meluruskan niat lebih penting dari semua itu. Memang sebaiknya kita tidak hanya meminta ditunjukkan jalan yang lurus, tapi juga dijaga dalam niat yang lurus, serta baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"