16/02/2023

Hari ini aku membelanjakan cukup banyak uang untuk buku. Aku merasa ini pemborosan, di sisi lainnya aku seperti melampiaskan egoku. Tak tahu harus bagaimana untuk diri sendiri. Tidak merasa cukup "penuh" untuk menjalani sebuah hal. Aku tak bisa menganggap ini adalah caraku mencintai diri sendiri. Ini lebih pada caraku mengumpulkan sesuatu, dalam diri yang kosong.

Sebenarnya aku kurang mengenal apa yang disebut orang sekarang, sehat secara keuangan. Kalimat ini tampak naif bagiku. Walau secara sadar kuakui, bahwa menahan diri dan menabung untuk hal-hal yang lebih penting di masa depan sangat diperlukan.

Pada awalnya, membeli buku terasa lebih baik ketimbang membeli benda-benda "sampah" yang diiklankan di market place. Tapi kemudian, hasrat untuk lagi dan lagi sukar dibendung. Terlebih saat ada buku yg excited, yang saat melihatnya aku merasa akan kecewa jika tidak memilikinya. Bahkan tadi malam, karena tidak bisa tidur, aku mengumpulkan hampir 50 buku dalam keranjang. Terasa hasrat untuk men-checkout semuanya, tapi jelas tak mungkin. Kupilih buku prioritas, dan ternyata lebih dari 3. Setelah itu aku merasa gagal untuk disiplin menabung. Ini membuatku yakin kalau aku tidak bakat menabung.

Ini bukan salah adanya aplikasi bank di ponsel, ini salahku yang tak tahan dengan godaan membeli buku, sedang saldoku tidak seberapa.

Buku adalah tempat ku pergi dan bersedia menghabiskan waktu. Walau bukan satu-satunya, tapi itu adalah yang istimewa. Namun ketidaksanggupanku men-sabari diri sendiri dalam berbelanja buku adalah masalah saat ini. 


Aku jadi teringat lirik lagu Efek Rumah Kaca yang berjudul, Belanja Terus Sampai Mati.
Atas bujukan setan, hasrat yang dijebak zaman
Kita belanja terus sampai mati 

Komentar