Cukup Mudah, Walau Jauh

Aku lupa kapan terakhir kali mendapatkan sebuah ide untuk menulis sebuah cerita. Rasanya sudah cukup lama sekali. Tampaknya hal itu sangat sulit didapat untuk saat ini. Aku tak mendapatkan sesuatu yang spesifik untuk kutuliskan. Hal terakhir yang kutulis adalah perjalananku ke Jakarta, sebulan sebelum tahun baru. Setelah itu hampir tak ada yang bisa kuceritakan untuk diriku sendiri. Bahkan saat sakit kemarin, pikiranku malah melayang pada banyak hal-hal aneh, yang aku sendiri tak percaya bisa memikirkannya.

Perasaanku berbeda saat aku sudah mulai mengetik, begitu yang kurasakan saat kemarin melakukannya. Pada akhirnya kuhapus semua kata yang sudah kuketikan. Kini aku memulainya kembali. Bukan untuk menulis apa yang kupikirkan kemarin, tapi menulis apa yang kurasakan kemarin. Perasaan berat di dada, dan menjadi bingung entah ke mana. Seperti naik di atas pelampung yang berat, dalam badai di tengah samudra. Betul-betul aneh, atau bisa juga dikatakan abstrak.

Satu hal yang kupelajari dalam menulis, untuk saat ini adalah menahan diri menulis dengan cepat. Tentu bukan dalam maksud membuat waktu. Namun lebih pada menyamakan ritme antara hati dengan kata yang diketik. Biasanya aku cukup terburu-buru untuk mengetik, sedangkan hatiku tak mampu mengikuti kehendak itu. Yang terjadi adalah banyak typo dalam isi tulisannya. Saat ini aku meyakini bahwa menulis bukanlah soal seberapa cepat menggerakkan jari pada keyboard, tapi menata ide dengan tenang dan rapi menjadi kuncinya. Kegiatan menulis harus menyesuaikan diri dengan ketenangan hati untuk menata ide dengan bagus dan masuk akal.

Bahkan saat ini aku masih belum yakin akan menulis soal apa. Hanya berupaya menekankan jari pada papan ketik laptop untuk melemaskan syaraf menulis. Melambatkan tempo menulis agar setiap kata langsung tepat, tanpa ada kesalahan ketik. Rasanya sudah cukup melegakan, mengetahui diri sudah mulai menuliskan sesuatu.



Komentar