ZONA NYAMAN ITU MENJADI TIDAK NYAMAN

Suatu hari aku pernah berandai-andai jika rekeningku berjumlah 2 atau bahkan tiga digit. Tampaknya akan menyenangkan. Bisa membeli hal-hal yang kuinginkan. Bisa pergi ke mana yang aku mau. Juga bisa menikmati makanan yang kusukai tiap hari. Sepertinya tak akan banyak tekanan dalam hidup.



Namun pada akhirnya aku ragu. Benarkah tidak akan ada tekanan dalam hidupku?

Aku kembali mengingat saat di mana tekanan ekonomi tidak begitu menghantuiku. Saat itu keuangan masih ada yang menopang. Di sana bukan berarti tidak ada tekanan sama sekali. Ada hal yang mungkin bisa disebut, krisis eksistensial remaja. Keadaan itu membawaku pada mimpi-mimpi dan aneka petualangan. Juga pada drama dan kebodohan. Kecukupan dalam hal dasar itu membawa diri pada petualangan ego dan emosi. Suka menilai hal-hal di sekitar, mengkritik sana-sini, dan juga merasa idealis -lebih halus ketimbang dibilang merasa benar sendiri- dengan apa yang diputuskan. Walau kadang yang diputuskan adalah dosa, pengkhianatan dan bahkan kerusakan. Termasuk juga mempermainkan hidup orang lain. Aku tak tahu apakah itu adalah fase hidup manusia. Yang kulihat, manusia lain menjalani fasenya dengan lebih baik. Setidaknya dibandingkan diriku.

Suatu hari aku merelakan apa yang kumiliki untuk orang lain. Kupikir itu satu hal yang benar dan mulia. Aku menghujat orang yang meninggalkan kawan untuk cari aman sebagai sampah. Itu semua adalah hal yang terpikir di masa lalu. Kini aku merasa sudah salah karena berpikir terlalu romantik, juga menganggap kalau oportunisme adalah bagian dari sifat kita semua. Di masa itu, kita hanya menolak kejujuran yang bertentangan dengan ego kita. ego kita berkuasa di saat kita tak memiliki tekanan hidup. Setidaknya tidak banyak dan terlalu jelas. Salah satunya adalah tekanan ekonomi. Aku pun kemudian berharap berada dalam kehidupan yang tidak banyak tekanan. Mungkin itu disebut dengan zona nyaman.

Aku berada di suatu tempat yang terasa cukup nyaman. Tidak terbebani dengan tuntutan ekonomi, juga tidak banyak bersosial. Kemudian aneka pertanyaan dalam diri muncul kembali. Semakin lama dan semakin banyak pertanyaan itu, hingga akhirnya menjadi tekanan tersendiri. Zona nyaman pun menjadi tidak nyaman. Memang benar lirik lagi DEWA tahun 2000 itu.

Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"