Menumbuhkan Jiwa Kanak-Kanak
Bila kamu kembali ke masa kecil, benda apa yang ingin kamu miliki?
Kali ini aku hanya akan menjawab majalah Bobo. Tidak Tamiya,
bukan Gangsing Beyblade, bukan mobil Cruze Gear, apa lagi lato-lato.
Hanya mungkin ini yang masih berhubungan dengan diriku hari ini. Sebuah bacaan.
Saat orang-orang di sekitarku memiliki Tamiya, aku
tak memilikinya. Uang saku yang kudapat dari hari lebaran tak pernah cukup
untuk itu. Suatu hari aku mendapatkan uang dari seseorang, kutitipkan Mbak Ku untuk
membeli lato-lato. Tapi saat aku meminta uang itu kembali, katanya
uangnya sudah habis. Sudah dipakai untuk me-myangoni aku sekolah. Aku menangis
sendiri, dan tak ada yang peduli dengan tangisanku.
Ada hal yang lebih menyakitkan, aku baru tahu ini saat
dewasa. Saat aku bertelefon dengan Mak, aku tak pernah berhenti meminta satu
hal, bola. Saat itu aku cukup suka bermain bola. Mungkin karena lingkungan,
juga kesadaran awal menyukai sesuatu. Kenyataannya aku tak pernah mendapatkan
bola yang kuinginkan.
Barulah aku tahu ketika kuliah. Sebenarnya uang untuk membelikan
bola itu ada. Sudah di atur oleh Embak, diberikan kepada Mas Ku. Tapi aku
memang tidak dipedulikan untuk diberi bola. Ada sebuah alasan yang cukup naif, “nanti
kalau dibelikan bola malah tak mau belajar”. Begitulah alasan yang dibuat. Aku benar-benar
sangat marah saat mengetahui hal itu. Tapi untuk apa marah? Rasanya sudah tak
ada gunanya lagi. Semuanya sudah lewat. Menyalahkan orang lain merupakan tanda
kita tak bisa mengatasi apa yang terjadi.
Saat menuliskan ini, aku tak bermaksud untuk mendramatisasi
masa lalu. Lebih menjadi awal dari alasan ikut PO majalah Bobo kemarin, dan
hari ini majalah itu sudah ada di tanganku. Edisi 50 tahun majalah Bobo,
berisikan 50 cerita terbaik.
Satu sisi, aku mungkin tidak bisa mengendalikan diriku
dengan pesona iklan. Namun aku juga cukup sadar dengan apa yang kuinginkan. Bukan
hanya karena pengaruh iklan, tapi juga sesuatu yang ingin kumiliki saat ini. Sebab
di saat kecilku, aku tak dapat memilikinya. Majalah anak-anak yang berisi
cerita menarik, tentang Cerita Di Negeri Dongeng, tentang kisah Bona
dan Rong-rong, begitulah sedikit yang kutahu.
Pernah ada sebuah meme, tentang sebuah gambar
berisikan Bona dan Rong-rong di dalamnya. di sana ada tulisan, “jika kamu kenal
tokoh-tokoh ini, masa kecilmu bahagia”. Aku tersenyum geli dengan meme itu.
Rasanya masa kecilku tak bahagia, tentu jika dilihat dari meme ini. tapi
kehidupan tak layak disimpulkan dalam sebuah meme. Ada banyak hal yang sebenarnya
dianugerahkan untuk kita, entah itu disadari atau tidak.
Ada hal yang membuatku cukup geli ketika membaca sambutan
awalnya. Di kalimat akhir ada ajakan untuk terus menghidupkan jiwa kanak-kanak.
Ehm, ini sebuah kalimat yang cukup menginspirasi. Tampaknya memang
banyak hal baik yang bisa kita pelajari dalam jiwa kanak-kanak. Bahkan seorang
kesatria cahaya perlu memiliki jiwa kanak-kanak dalam dirinya, begitu kata Paulo
Coleho.
Jiwa yang mudah memaafkan, yang mencintai tanpa kepentingan.
Ya, semoga kita senantiasa ditumbuhi jiwa yang seperti itu.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya