Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

Sepenggal Cerita Di Kereta Malam Menuju Surabaya

Gambar
Entah pulang atau berkunjung Untuk alasan yang kuat, malam ini kuputuskan untuk menyusul ibu ke bandara dan kemudian ke rumah. Aku izin kepada sebagian kecil orang, dan jelas aku izin kepada orang utamaku. Tidak hanya di izinkan, aku bahkan dibelikan tiket, rokok yang juga berisi uang saku, dan diantarkan ke setasiun. Bahkan sempat ada yang membuat video perjalanan sampai di stasiun. Tepat jam setengah satu, aku masuk ke dalam stasiun dan bersiap dengan keberangkatan kereta. Tiket bisnis yang kukira berisi tempat duduk single yang nyaman, ternyata bersisi tempat duduk lebar yang...  Rasanya memang lebih nyaman dari tiket ekonomi sih. ‘Tahu begini seharusnya aku tadi minta pesan yang eksekutif saja’, begitu ungkapan batinku saat masuk di gerbong kereta. Untuk menemukan gerbong dan mencari nomor kursi yang tertera dalam tiket, itu bukan hal yang mudah. Namun ternyata, begitu nomor kursi sudah kutemukan, tampak ibu-ibu paruh baya yang sedang tidur di sana. Aku mulai bertanya, apakah ib

Notifikasi Yang Menyenangkan

Gambar
Senang rasanya bila tidak banyak pemberitahuan atau  notif di ponsel. Tidak banyak yang mengganggu. Tidak banyak yang memberikan destruksi saat sedang ' khusuk' melamun. Ini penting. Sebab masa ini sudah terlalu banyak hal yang membuat kita hanya sibuk dengan kotak ajaib itu. Masalah media sosial saja belum terlalu bisa dikendalikan, kini sudah ada soal AI ( Artificial Intelligence ), sesuatu yang dengannya banyak hal bisa direkayasa. Mulai dari soal tulisan hingga video. Semoga di tahun politik nanti ada orang yang bisa menjelaskan dengan cukup baik jika ada rekayasa AI di kampanye media sosial. Hanya tiga notifikasi yang penting saat ini, WA , telefon, dan juga alarm. Selain itu tak perlu di- notif­- kan. Biarkan saja diketahui saat nanti membukanya sendiri. Ini merupakan langkah kecil yang baik. Awalnya aku merencanakan untuk disiplin waktu dan tempat dalam menggunakan ponsel, hanya menggunakan ponsel saat waktu-waktu tertentu. Tapi kegiatan tak bisa ditebak, juga penti

Suara Elvis Presley di Warung Bakso

Gambar
Radio, someone still love you. Lirik lagu itu langsung teringat ketika aku makan di warung bakso tadi siang. Saat tengah hari begitu lapar. Sebab belum sarapan, dan sebenarnya juga belum tidur. karena jam delapan kupaksakan diri untuk mengecat jendela yang belum selesai. Di siang yang begitu terik itu, kuputuskan untuk pergi ke warung makan. Niat awalnya sebenarnya menuju ke warung sayur asem. Namun begitu sampai di sana, kondisinya begitu ramai. Sudah ada dua mobil besar yang parkir di depan. Akhirnya lanjut mencari warung di wilayah yang agak dalam. Karena tampaknya tak ada warung sayur asem lain, berbeloklah aku di warung bakso pinggir jalan. Memarkir motor agak dalam, lalu masuk ke arun rumahan itu untuk memesan semangkok bakso. Ruang makan di bagian dalam rumah cukup luas, dan masih sepi. Aku duduk lesehan di pojok sambil memainkan ponsel Nokia Flip yang hanya bisa dibuat WA -an. Ponsel itu membantu hasratku untuk lebih sederhana. Membantu untuk berusaha lebih memperhatikan

Ketidak Pekaan Dalam Diriku

Gempa "Mas ada gempa mas" Saat aku tengah sholat di lantai 2, ada kepanikan. Katanya gempa. Suara bergemuruh di mana-mana. Entah kenapa aku tidak merasakannya. Sedikit pun tidak. Kelanjutan saja shalat isya. Bukan soal berusaha khusu', tapi sebab aku tak merasakan adanya gempa. Sempat terpikir untuk ikut panik dengan suasana, tapi mengikuti hal yang tak kita sadari tampaknya lebih bodoh. Aku tak tahu seberapa hebat gempa itu tadi. Entah di mana pusatnya, semoga tidak menjadi musibah yang terlalu. Yang ku herankan adalah, kenapa orang yang santai dipojokkan, sambil main ponsel, bisa langsung peka dengan adanya gempa? Sedangkan aku tidak? Padahal di sini goncangan tidak sebesar di Jogja. Sebagaimana yang di katakan kawan dalam status WA -nya. Dalam kasusku, tampaknya ini masalah kepekaan. Semakin lemah kepekaan seseorang, itu adalah tanda ia semakin lemah. Bisa juga semakin bodoh. Bahkan dalam goncangan fisik saja aku tak dapat menyadari, apalagi dengan goncangan hati, atau