Notifikasi Yang Menyenangkan

Senang rasanya bila tidak banyak pemberitahuan atau notif di ponsel. Tidak banyak yang mengganggu. Tidak banyak yang memberikan destruksi saat sedang 'khusuk' melamun.
Ini penting. Sebab masa ini sudah terlalu banyak hal yang membuat kita hanya sibuk dengan kotak ajaib itu. Masalah media sosial saja belum terlalu bisa dikendalikan, kini sudah ada soal AI (Artificial Intelligence), sesuatu yang dengannya banyak hal bisa direkayasa. Mulai dari soal tulisan hingga video. Semoga di tahun politik nanti ada orang yang bisa menjelaskan dengan cukup baik jika ada rekayasa AI di kampanye media sosial.

Hanya tiga notifikasi yang penting saat ini, WA, telefon, dan juga alarm. Selain itu tak perlu di-notif­-kan. Biarkan saja diketahui saat nanti membukanya sendiri. Ini merupakan langkah kecil yang baik. Awalnya aku merencanakan untuk disiplin waktu dan tempat dalam menggunakan ponsel, hanya menggunakan ponsel saat waktu-waktu tertentu. Tapi kegiatan tak bisa ditebak, juga penting untuk banyak membawa ponsel agar mudah dicari. Kalau kedua hal  ekstrem itu memang sulit dilakukan, namun meng-uninstall MEDSOS yang tidak perlu sudah kulakukan. Juga hanya mengaktifkan pemberitahuan yang penting saja. Walau tidak terlalu sederhana, hal seperti ini bermakna kesederhanaan.

Sejak berganti nomor, tidak banyak juga teman yang kuhubungi. Hanya beberapa circle kecil. itu semua pilihanku, dan aku memilih suasana yang sepi untuk diriku. Tidak banyak tahu apa yang terjadi dengan orang yang sudah kukenal, juga tidak banyak peduli mungkin. Ah dasar aku ini....

Dari seluruh teman masa SMA, hanya satu orang yang dengannya aku berkomunikasi. Darinya aku tahu beberapa informasi mengenai teman-teman lain. Rasanya itu cukup, tidak menghabiskan banyak waktu tenaga dan pikiran. Tidak banyak pesan masuk dalam sehari. Rasanya aku cukup nyaman dengan begitu.

Beberapa hari kemarin satu teman yang tahu nomorku memberi informasi. Bahwa Pekcun menikah dengan teman seangkatan kita juga. Sampean gak dikabari yee pek? Begitu dia bertanya padaku. Dan aku menjawab tidak. Pekcun adalah orang yang sama-sama berangkat ke Jogja, dan mengambil jurusan filsafat denganku. Cukup banyak cerita tentang jalan-jalan kita berdua. Tapi mungkin saat ini pernikahannya memang dibuat agak rahasia. Tidak terlalu terbuka. Hanya orang-orang tertentu yang menghadirinya. Sehingga tidak perlu memberi tahu semua teman, termasuk aku. Bahkan orang yang mengabariku tahu dari perkiraan dan gosip, lewat konfirmasinya denganku juga. Ah, aku jadi ikut nggosip juga..

Aku pun merespons dengan bahagia dan positif. Kupikir ini pilihannya yang baik, juga karena cinta. Bukan karena hal-hal lain yang mendistorsi sifat itu. Aku juga cukup mengerti kenapa dia tidak memberitahu banyak teman. Aku kenal dirinya, orang yang tidak terlalu banyak mengumbar sesuatu. Lebih nyaman untuk memberitahu orang-orang tertentu. Merespons begini juga terasa positif untukku. Senang saat melihat orang lain senang. Tidak terlalu meributkan gosip yang terjadi, juga bersikap positif dengan keputusan yang dibuatnya.

Awalnya memang tidak mudah untuk bersikap posistif thinking terhadap orang lain, pada diri sendiri bisa jadi lebih berat. Namun keadaan bisa mengajari kita untuk itu, juga adanya kesempatan untuk melakukannya. Bahagia dengan kebahagiaan orang lain. Bersyukur dengan apa yang didapatkan orang lain, yang tentunya bukan karena merebut milik kita. memang sikap seperti itu perlu untuk dilatih, dan juga dihayati. Dalam konteks hidupku sendiri, aku lebih senang tidak meributkan diri dengan orang lain, termasuk tidak menggosipkannya. Entahlah, mungkin ini hanya terjadi untuk saat ini....

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"