Keterhubungan Yang Membuat Kangen

Saat aku cukup elah untuk membaca bagian terakhir buku, aku malah membuka ponsel dan langsung pada Youtube. Entahlah, sebegitu kuatnya mesin pintaritu mengontrol refleks pada diriku. Namun di dalam jajaran video itu aku melihat Channel Pak Prie GS menambah video baru. Langsunglah aku menekan gambarnya, walaupun aku hanya akan mendengarkan rekaman audionya. Tapi aku berlanjut masuk ke beranda kanal-Nya, dan di sana aku memilih video pada acara di rumahnya semasa hidup. Acara Minggu Wagen, berisi komentar beliau mengenai film yang dibuat oleh sekelompok anak muda.

Komentar yang lembut walau tetap sarat dengan kritik. Tapi pak pri selalu memberikan rumus-rumus radikal dalam memotivasi:

-        Jangan kebanyakan berkhotbah

-        Berfokuslah pada Pattern

-        Istiqomah dalam berkarya

-        Jangan menunggu ada donatur, sebab itu mental seniman miskin

-        Semoga kita tidak tamak untuk dianggap tokoh dan sebagainya. Perkara ada riak-riak kecil, ini-itu, ya itu biasa,

-        Orang sukses, pasti memiliki body language pula. Mungkin kita disuruh mengatur diri untuk berbakat menjadi orang sukses. Bahkan sejak dari tampilan fisik, cara bersikap, dan kesiapan dalam berbagai hal.

Mendengarkan omongan beliau, membuatku menjadi rindu dengan sosok beliau ini. Keinginanku menjadi tumbuh kembali, agar beliau memberikan nasehatnya langsung padaku. Andai itu bisa terjadi, tentulah sangat berharga. Aku begitu menginginkannya sejak lama. Jiwaku butuh berdekat dengan jiwa yang se-frekuensi. Aku membayangkan jika beliau menasihatiku sambil melihat langsung diriku.

Itu semua tak akan terjadi. Aku harus tetap yakin akan ada jalan lain untuk sesuatu yang istimewa. aku akan selalu senang berkunjung ke kanal beliau, aku akan selalu senang mendengarkan, menghayati, bahkan mempelajari Public Speaking dan Story Telling beliau.

Akhirnya aku menutup ponsel dan meneruskan membaca bagian akhir buku sampai tuntas.

Dua buku dalam seminggu. Cukup menyenangkan.



Komentar