Tiga buku karya Paulo Coelho sudah ada di tanganku. Bukan karena aku penasaran dengan isinya, tapi lebih karena aku menginginkannya. Kurasa ini adalah jenis buku yang akan aku baca berulang kali. Sebab keindahan kalimatnya, dan yang terpenting adalah tentang pencarian akan makna.

Bukankah semua orang berjalan di bumi untuk mencari makna? Dan akan semakin mudah rasanya jika kita memiliki teman untuk menjalaninya. Teman yang mengajak bernalar dan berefleksi, dan juga teman yang menceritakan makna hidupnya. Sebelum cerita kita didengar orang lain, akan lebih baik jika kita mendengarkan ceritanya, dan bercerita untuk diri sendiri dahulu. Merangkai makna untuk diri sendiri.

Kata Paulo Coelho, setiap orang yang menjalani mimpinya, dan juga mengikuti suara hatinya, dia bahagia. Namun aku belum bisa merasakan itu, belum juga mengikuti kata hatiku. Atau mungkin aku tak pernah mendengar suara hatiku. Masih jauh dari mengenal kata hati. Masih dibutakan oleh banyak suara yang tak perlu. Yang ada hanyalah suara kemunafikan, dan suara kemalasan.

Aku masih banyak menunda hal yang seharusnya kulakukan. Masih terjebak dalam ilusi-ilusi dan kenikmatan sesaat. Masih terbawa suasana dengan orang lain. Bangga ketika dianggap pintar dan mampu, atau kecewa karena disepelekan dan tak dihargai. Mungkin memang belum pantas untuk dekat dengan suara hati.

Salahku karena membaca untuk bercerita kepada orang lain. Seharusnya aku berupaya untuk diriku sendiri. Membaca untuk menasehati diri sendiri, belajar sendiri tentang cerita dan makna. Merefleksikan apa yang telah dibaca untuk kemudian disikapi. Memang beginilah persoalan orang bodoh. Dia selalu merasa pintar dan mampu dari orang lain. Padahal dirinya sendiri tak sanggup mengerti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"